Tetanus adalah suatu penyakit akut yang dihasilkan oleh
eksotoxin dari clostridium tetani, tumbuh secara anaerob, gram positif. Bakteri
ini mengasilkan 2 macam eksotoxin yaitu:
-haemolisin, yang menyebabkan
haemolisis ringan jika dibiakkanpadablood agar pada suhu 37
derajat suasana anaerob.
-tetanospasmin (toxin tetanus) yang bertanggung
jawab terhadapgambaran klinik dari
penyakit.
Dinegara-negara berkembang
masih sering dijumpai tetanus, ini akibat kurang memadainya program imunisasi,
juga berkaitan dengan kebiasaan sosial dan kesehatan masyarakat yang tidak
memadai, padahal di negara-negara maju semakin jarang.
Untuk menurunkan angka
kematian tetanus dan lamanya rawat tinggal dirumah sakit telah dilakukan
berbagai usaha seperti hiferbaric, oksigenasi, pemakian respirator, pemberian
anti tetanus serum kuda (ATS) atau tetanus immonoglobulin human (TIGH),
diasepam dosis tinggi dan penggunaan anti biotika, namun angka kematiannya
masih tetap tinggi.
Imbang
cairan perlu diperhatikan seksama pada pasien bedah. Beberapa faktor menentukan
kebutuhan air dan elektrolit.
·Rasa haus tidak bisa
diandalkan sebagai indikator untuk regulasi cairan tubuh pada pasien puasa
total (nil-by-mouth) setelah operasi mayor. Pasien tergantung pada cairan iv.
untuk mempertahankan imbang cairan.
·Perpindahan cairan (fluid
shift) terjadi karena sekuestrasi cairan di lokasi operasi atau tempat-tempat
lain misal abdomen (ileus). Kehilangan yang tidak terlihat ini lazim dikenal
sebagai ‘rongga ketiga’dan terdiri
terutama atas cairan ekstraseluler. Pada situasi lain, kehilangan plasma
terjadi akibat kebocoran membran kapiler.
·Kehilangan darah biasanya
mudah ditaksir di kamar operasi, tetapi bisa tersembunyi pada fase pra dan
pasca operasi.Penaksiran indirek dari
kehilangan darah bisa tidak akurat.
·Respons stres terhadap
pembedahan atau penyakit kritis menyebabkan hipersekresi aldosteron dan ADH serta
peningkatan umum dari aktivitas simpatis. Ini mengakibat-kan retensi natrium
dan air.
Nyeri dada pasca
operasi relatif sering dijumpai. Terpisah dari pasien yang telah menjalani
pembedahan toraks, sebab-sebab yang penting untuk dipikirkan adalah infark
miokard, angina, emboli paru, pneumonia, pneumotoraks, dan ruptur esofagus
(pada mereka yang telah menjalani dilatasi esofagus atau muntah-muntah). 50%
pasien yang diberikan suxamethonium mengalami nyeri pada dada, leher dan/atau
bahu.
Seperti pada praktek penyakit dalam, penyakit esofagus jinak (refluks
asam atau spasme) lazim dijumpai dan sering diprovokasi oleh pembedahan
abdomen. Kadang-kadang kondisi ini sukar dibedakan dari nyeri kardiak jika
berdasarkan anamnesis.
Sebab-sebab yang lebih jarang dari nyeri dada – diseksi aorta,
perikarditis, dan nyeri alih (referred pain) dari tulang belakang jarang
ditemukan dalam praktek bedah dan hanya membutuhkan sedikit bahasan.
·Infark
miokard akut
(AMI) : pikirkan diagnosis ini pada setiap pasien dengan nyeri dada/rasa
kencang/tertindih di bagian tengah. Ini lebih cenderung terjadi dengan riwayat
IHD terdahulu atau pada kelompok risiko tinggi: diabetes, hipertensi, penyakit
pembuluh darah tepi, perokok berat. Pemicu khas adalah hipotensi, hipertensi,
perdarahan mayor, hipoksia dan sepsis.
·Angina : ini biasanya jelas dari
anamnesis. Pasien akan memerikan nyeri yang identik dengan angina yang biasa
mereka keluhkan. Pemicu adalah sama seperti pada AMI. Perbedaan angina dari AMI
adalah berdasarkan EKG dan enzim-enzim jantung.
·Emboli
paru (PE
=pulmonary emboli) menyebabkan nyeri dada di tengah dengan dispnea dan
hipotensi. Emboli yang lebih kecil menyebabkan infark paru, yang ditandai oleh
nyeri pleuritik dan hemoptisis tetapi dispnea lebih ringan dan TD masih
terjaga.
·Pneumonia
:
pneumonia pasca bedah biasanya tidak menyebabkan gambaran pneumonia lobaris
klasik ( nyeri dada pleuritik yang mendadak dengan dispnea dan demam). Biasanya
ada dispnea dengan demam.
·Pneumotoraks
: terjadi
paling sering setelah kanulasi vena sentral atau trauma toraks. Pada situasi
lain lebih cenderung pada orang muda yang tinggi, kurus, asmatis dan pasien
dengan emfisema. Kadang-kadang terjadi setelah prosedur abdomen atau endoskopik
toraks.
·Ruptur
esofagus :
komplikasi yang mengancam jiwa pada pasien yang baru saja menjalani
instrumentasi esofagus, khususnya dilatasi dari suatu striktura, atau mereka
yang sudah muntah-muntah hebat. Nyeri khas lebih buruk ketika menelan. Ruptur
esofagus sering diikuti oleh udara yang teraba di leher atau mediastinum pada
x-foto toraks.
·Esofagitis
dan spasme esofagus:
masalah-masalah ini lebih sering dijumpai pada pasca operasi pada pasien yang
sudah ada riwayat penyakit ini. Penyakit baru lebih sukar didiagnosis dan
mungkin IHD perlu disingkirkan terlebih dulu.
·Diseksi
aorta:
dapat terjadi kebetulan pada siatuasi perioperatif, mungkin dicetuskan oleh
hipertensi berat. Ciri-cirinya dalah nyeri dada berat yang tidak mereda,
menjalar ke punggung, tidak membaik dengan opioid, tanpa ada bukti infark
miokard akut. Manajemennya berada di luar lingkup buku ini.
·Perikarditis
: biasa
dijumpai setelah kardiotomi. Namun biasanya jarang pada pasien bedah
Gagal ginjal adalah
suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang
tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.1 Gagal ginjal
biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas yaitu kronik dan akut. Gagal
ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
(biasanya berlangsung beberapa tahun), mengakibatkan tertumpuknya sisa-sisa
metabolik yang toksik serta gangguan keseimbangan air, elektrolit, dan asam
basa.2 Sebaliknya, gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari
atau minggu.3
Gagal ginjal kronik
ditandai dengan uremia berkepanjangan.4 Gagal ginjal kronik terjadi
setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal. Sebagian
besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral,
meskipun lesi obstruktif pada traktus urinarius juga dapat menyebabkan gagal ginjal
kronik. Pada awalnya, beberapa penyakit ginjal terutama menyerang glomerulus
(glomerulonefritis), sedangkan jenis yang lain terutama menyerang tubulus
ginjal (pielonefritis atau penyakit polikistik ginjal) atau dapat juga
mengganggu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklerosis). Namun, bila
proses penyakit tidak dihambat, maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya
hancur dan diganti dengan jaringan parut. 3
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh
hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita
hipertensi terus bertambah; terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa
Amerika yang menderita hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura
24,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar 6-15%. (1)
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak
terdiagnosa adanya hipertensi. Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau
dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan,
hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70%
penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata serta organ
tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi disebut sebagai silent killer.(2)
Tuberkulosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.10
II.3
MIKROBIOLOGI
A.
Morfologi dan Struktur Bakteri
Mycobacterium
tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit
melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3
– 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks,
terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M.
tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa
dimikolat yang disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang
berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang
(C60 – C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan
dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada
dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan
arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M.
tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap
tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam–alkohol.
Diare atau
penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarrola (bahasa
Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through), merupakan suatu
keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen.(4)
Diare
adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari.(5)
2.Epidemiologi
Penyakit
Diare masih merupakan penyebab utama kematian pada balita. Menurut Departemen
Kesehatan RI, angka kesakitannya yang dilaporkan dari sarana kesehatan dan
kader per 1.000 penduduk dimana terlihat adanya kecenderungan menurun sejak
tahun 1993 yaitu dari 28,77 per 1.000 penduduk menurun menjadi 21,22 per 1.000
penduduk pada tahun 1996. Akan tetapi terjadi sebaliknya dengan angka
kematiannya per 100 penderita (CFR), justru terlihat meningkat dari tahun 1993
yaitu dari 0,015 menjadi 0,022 pada tahun 1996. Berdasarkan hasil survei yang
dilakukan oleh Subdit P2 Diare, episode diare Balita adalah sekitar 1,6 - 2,2
kali pertahun dan angka kesakitan untuk seluruh golongan umur adalah sekitar
230 - 330 per 1000 penduduk.(6) Diare adalah penyebab kematian
urutan ke-3 didunia, paling umum kematian balita yaitu membunuh lebih dari 1,5
juta orang balita per tahun.(7)