Induksi dan Akselerasi persalinan
2.3.1. Definisi
Induksi persalinan adalah merangsang uterus untuk memulai terjadinya persalinan
Akselerasi persalinan adalah meningkatkan frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan
2.3.2. Tujuan
Tujuan tindakan tersebut adalah mencapai his 3x dalam 10 menit, lamanya 40 detik
2.3.3.Metode Induksi dan Akselerasi
a. Oksitosin
Prasyarat
• Diberikan ketika proses kehamilan telah berada dalam fase aktif
• Keadaan jalan lahir ibu memungkinkan bayi dapat lahir dengan perhitungan: (1)Konjugata diagonalis normal, (2) Dinding dalam pelvis parallel, (3) Spina ishiadika tidak prominen, (4) Sakrum tidak mendatar, (5) Sudut subpubik tidak sempit, (6) Kepala bayi telah melewati pintu atas panggul atau telah turun dengan tekanan dari fundus.
Indikasi
• Induksi atau augmentasi
Pemantauan selama tindakan
• Pemantauan denyut nadi, tekanan darah, dan kontraksi ibu hamil, dan periksa denyut jantung janin (DJJ)
• Catat semua pengamatan pada partograf tiap 30 menit : (1) kecepatan infus oksitosin, (2) frekuensi dan lamanya kontraksi, (3) Denyut jantung janin (DJJ). Dengar DJJ tiap 30 menit dan selalu langsung setelah kontraksi. Apbila DJJ kurang dari 100 menit/menit, segera hentikan infuse
Metode pemberian oksitosin
• Infus oksitosin 2,5 unit dalam 500 cc dekstrose (atau garam fisiologik) mulai dengan 10 tetes per menit
• Naikkan kecepatan infuse 10 tetes per menit tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat (3x tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40 detik) dan pertahankan sampai terjadi kelahiran
• Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi lebih dari 60 detik) atau lebih dari 4 kali kontraksi dalam 10 menit, hentikan infuse dan kurangi hiperstimulasi dengan: (1) Terbutalin 250 mcg IV pelan – pelan selama 5 menit, atau (2) Salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan (gram fisiologis atau Ringer laktat) 10 tetes/menit
• Jika tidak tercapai kontraksi yang adekuat (3 kali tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40 detik) setelah pemberian infuse oksitosin mencapai 60 tetes/menit: (1) Naikkan konsentrasi oksitosin menjadi 5 unit dalam 500 ml dekstrose (atau garam fisologis) dan sesuaikan kecepatan infuse sampai 30 tetes/menit (15 mIU/menit), (2)Naikkan kecepatan infuse 10 tetes per menit tap 30 menit sampai kontraksi adekuat (3x tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40 detik) atau setelah infuse oksitosin mencapai 60 tetes per menit
• Jika masih tidak tercapai kontraksi yang adekuat dengan konsentrasi yang lebih tinggi:
(1) Pada multigravida, induksi dianggap gagal, lakukan seksio sesarea
(2) Pada Primigravida, infuse oksitosin bisa dinaikkan konsentrasinya yaitu: 10 unit dalam 500 ml dekstrose (atau garam fisiologik) 30 tetes per menit. Kemudian naikkan 10 tetes tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat. Jika kontraksi tetap tidak adekuat setelah 60 tetes per menit (60 mIU per menit, lakukan seksio sesarea)
• Jangan berikan oksitosin 10 unit dalam 500 ml pada multigravida dan pada bekas seksio sesarea
b. Prostaglandin
Indikasi:
• Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks selama induksi persalinan
Pemantauan selama pemberian:
• Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan periksa denyut jantung janin (DJJ). Catat semua pengamatan pada partograf
Metode pemberian:
• Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3 mg atau gel 2 – 3 mg ditempatkan pada forniks posterior vagina dan dapat diulangi 6 jam kemudian (jika his tidak timbul)
• Hentikan pemberian prostaglandin dan mulailah infuse oksitosin jika: (1) Ketuban pecah, (2) Pematangan serviks telah tercapai, (3) Proses persalinan telah berlangsung, (4) atau pemakaian prostaglandin telah 24 jam.
c. Misoprostol
Indikasi:
• Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya pada kasus – kasus tertentu misalnya : (1) Preeklampsia berat / eklampsia dan serviks belum matang sedangkan seksio sesarea belum dapat segera dilakukan atau bayi terlalu premature untuk bisa hidup, (2) Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum in partu, dan terdapat tanda – tanda ganguan pembekuan darah
Metode pemberian:
• Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks posterior vagina dan jika his tidak timbul dapat diulangi setelah 6 jam
• Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian 25 mcg, naikkan dosis menjadi 50 mcg tiap 6 jam
• Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai, dan jangan lebih dari 4 dosis atau 200 mcg
• Misoprostol mempunyai resiko meningkatkan kejadian rupture uteri. Oleh karena itu, hanya dikerjakan di pelayanan kesehatan yang lengkap
• Jangan memberikan oksitosin dalam 8 jam sesudah pemberian misoprostol
d. Amniotomi
Indikasi:
• Induksi atau augmentasi
• Dari hasil pemeriksaan monitoring denyut jantung janin, diambil tindakan yang dapat mencegah terjadinya janin jeopardy
• Dari pemeriksaan kontraksi intrauterus, ketika dalam proses persalinan kontraksi tidak memenuhi syarat
• Elektif amniotomi dapat dilakukan untuk mendeteksi mekonium
Pemantauan selama tindakan:
• Periksa denyut jantung janin
• Lakukan pemeriksaan serviks dan catat konsistensi , posisi, penipisan, dan bukaan serviks dengan menggunakan sarung tangan DTT
Tekhnik tindakan
• Masukkan ½ kokher yang dipegang tangan kiri dengan bimbingan telunjuk dan jari tengah tangan kanan hingga menyentuh selaput ketuban
• Gerakkan kedua ujung jari tangan dalam untuk menorehkan gigi kokher hingga merobek selaput ketuban
• Cairan ketuban akan mengalir perlahan. Catat warnanya, kejernihan, pewarnaan, mekonium,jumlahya. Jika ada pewarnaan mekoneum, suspek gawat janin
• Pertahankan jari tangan dalam vagina agar cairan ketuban mengalir perlahan dan ykin tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat yang menumbung
• Setelah amniotomi, periksa DJJ pada saat kontraksi dan sesudah kontraksi uterus. Apabila ada kelainan DJJ (kurang dari 100 atau lebih dari 180 DJJ/menit) suspek gawat janin
• Jika kelahiran diperkirakan tidak terjadi dalam 18 jam, berikan antibiotka pencegahan: PenisilinG 2 juta unit IV atau ampisilin 2g IV (ulangi tiap 6 jam sapai kelahiran). Jika pasien tidak ada tanda – tanda infeksi sesudah kelahiran, antibiotik dihentikan
• Jika proses persalinan yang baik tidak terjadi dalam 1 jam setelah amniotomi, mulailah dengan infuse oksitosin
• Pada persalinan dengan masalah misalnya sepsis atau eklampsia,infus oksitosin dilakukan bersamaan dengan amniotomi
e. Kateter Foley
Indikasi:
• Kateter foley merupakan alternative lain di samping pemberian prostaglandin untuk mematangkan serviks dan induksi persalinan
• Jangan lakukan kateter Foley jika ada riwayat perdarahan, ifeksi vaginal, ketuban pecah, pertumbuhan janin terhambat
Metode tindakan
• Pasang speculum DTT di vagina
• Masukkan kateter Foley pelan – pelan melalui serviks dengan menggunakan forsps DTT. Pastikan ujung kateter telah melewati ostium uteri internum
• Gelumbangkan balon kateter dengan menggunakan 10 ml air
• Gulung sisa kateter dan letakkan di vagina
• Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau sampai 12 jam
• Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan kateter, kemudian lanjutkan dengan infuse oksitosin
f. Laminaria
• Dengan menggunakan laminaria dapat tercapai pematangan cerviks. Dapat dipasang saat malam hari sebelum dilakukan kelahiran pada keesokan harinya
g. Stripping Membranes
Metode tindakan:
• Memasukkan tangan telunjuk ke dalam ostium sedalam mungkin dan kemudian memutari ostium 360 derajat hingga 2 x putaran.
Komplikasi:
• Dapat berpotensi menimbulkan infeksi, perdarahan dari plasenta previa yang tidak terdiagnosa sebelumnya atau plasenta letak rendah, dan resiko rupture membrane