11 orang yang mecoba mengejar mimpi menjadi seorang dokter yang sukses

Thursday, January 5, 2012

hubungan alkohol dan anestesi


PENDAHULUAN
Minuman beralkohol telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan panjang peradaban manusia. Bangsa Mesir kuno percaya bahwa bouza, sejenis bir, merupakan penemuan Dewi Osiris dan merupakan makanan sekaligus minuman. Anggur juga ditemukan oleh bangsa Mesir kuno dan dipergunakan untuk perayaan atau upacara keagamaan dan sekaligus sebagai obat. Dalam perkembangan selanjutnya, anggur dianggap sebagai minuman kaum ningrat (aristocrat) dan bir adalah minuman rakyat jelata (masses). Di negeri kita juga dijumapi banyak minuman tradisional yang mengandung alkohol seperti tuak, arak dan lainnya. Setelah melalui perjalanan sejarah yang amat panjang barulah pada paruh pertengahan abad 18 para dokter di Inggris menemukan adanya efek buruk alkohol terhadap kesehatan. Penemuan ini akhirnya melahirkan suatu peraturan mengenai penggunaan minuman beralkohol sebagai Gin Act tahun 1751.
Pada ruanglingkup penggunaan alkohol terdapat beberapa fenomena-fenomena yang di dapatkan pada beberapa tempat daerah terpencil yaitu penggunaan minuman yang mengandung alkohol sebagai proses anestesi dalam beberapa kegiatan operasi. Hal ini disebabkan keterbatasan obat-obatan yang terdapat di daerah-daerah terpencil dalam mendukung kegiatan medis terutama dalam hal anestesi pada kegiatan operasi. Dengan menggunakan minuman beralkohol pada pasien didapatkan efek anestesi berupa sedasi dan analgesi, Maka dari itu perlu dilakukan pembahasan teori tentang mekanisme nyeri serta efek alkohol pada mekanisme terjadinya efek sedasi dan analgesi pada tindakan operatif.



NYERI
Nyeri adalah salah satu alasan utama penderita  mencari pertolongan medis, Mekanisme neurobiologi yang mendasari sudah semakin jelas, sehingga pendekatan terapi berdasar mekanisme  sudah dapat dilakukan sejak awal sampai akhir sekalipun. 1
             Definisi nyeri menurut IASP (International Assosiation for the Study of Pain) merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Definisi nyeri tersebut menjelaskan  konsep  bahwa nyeri adalah produk kerusakan struktural, bukan saja respon sensorik dari suatu proses nosisepsi, harus dipercaya seperti  yang dinyatakan penderita, tetapi juga merupakan respon emosional (psikologik) yang didasari atas pengalaman termasuk pengalaman nyeri sebelumnya. 1
        Nyeri adalah fenomena yang rumit dan komplek dan sekurang  terdapat 3 hal yang penting, yakni : mekanisme nosisepsi, perilaku nyeri (neuromatrik melzack) dan plastisitas saraf. 1
a)      mekanisme nosisepsi., mekanisme ini melibatkan periode transduksi, transmisi,  modulasi dan persepsi.
Proses tranduksi :  Rangsang noksius dapat berasal dari bahan kimia,seperti yang terjadi pada proses inflamasi menimbulkan sup sensitasi dan mengaktifasi reseptor nyeri. Sensitisasi perifer menimbulkan keadaan yang disebut allodinia dan hiperalgesia, Allodinia artinya, rangsang lemah seperti rabaan  normal kini terasa nyeri; sedangkan hiperalgesia artinya rangsang kuat normal menimbulkan nyeri kini dirasakan amat nyeri, Proses transduksi dihambat oleh obat nonsteroid anti inflamasi.
Proses  transmisi : Penyaluran impuls saraf sensorik dilakukan oleh serabut A delta bermielin dan serabut C tak bermielin sebagai neuron pertama, kemudian dilanjutkan traktus spinotalamikus sebagai neuron kedua dan selanjutnya didaerah talamus disalurkan oleh neuron ke tiga sensorik pada area somatik primer di kortek serebri. Proses tranmisi ini dapat dihambat oleh anestetik lokal di perifer maupun sentral.
Proses  modulasi : Modulasi nyeri terjadi pada sistim saraf sentral ketika aktifasi nyeri dapat dihambat oleh analgesi endogen seperti endorfin, sistim inhibisi sentral seretonin dan noradrenalin, dan aktifitas serabut  A beta. 1
Proses persepsi : Persepsi merupakan hasil akhir proses interaksi yang komplek, dimulai dari proses transduksi, transmisi dan modulasi sepanjang aktifasi sensorik yang sampai pada area primer sensorik  kortek serebri dan masukan lain bagian otak yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri. 1

Tissue Damage
 
Inflamation
 
Sympathetic terminal
 
Sensitizing “Soup”
 
H. ion                                    Histamin                              Purin                     Leukotrine
NE                                          Potassium ion                    Cytokine              NGF
Bradikinin                            Prostaglandin                    5HT                        Neuropeptide
 
 









Gambar 1 .   Sup sensitisasi.

b)      Perilaku nyeri  ( neuromatrik  Melzack )
Neuromatrik adalah sistim yang komplek , meliputi jaras jaras yang melibatkan medula spinalis, talamus, jaringan abu abu periaquaductal,kortek somatosensorik dan sistim limbik. Faktor yang mempengaruhi neuromatrik termasuk faktor genetik, keadaan fisiologik, faktor psikososial, termasuk masukan aferen primer yang dianggap dari kerusakan jaringan, sistim imuno endokrin, sistim inhibisi  nyeri, tekanan emosi dan status penyakit. Neuromatrik dianggap bertanggung jawab terhadap pembentukan persepsi kita terhadap nyeri dan menentukan perilaku nyeri. 1


Gambar  2.  Transmisi dan modulasi  nyeri

9
Gambar   3.     Neuromatrik Melzack.

c)      Mekanisme adaptif menjadi maladaptif.
Mekanisme adaptif  mendasari konsep nyeri sebagai alat proteksi tubuh,  merujuk  kerusakan jaringan  pada proses inflamasi dan trauma pada nyeri akut. Pada nyeri fisiologik, nyeri memiliki tendensi untuk sembuh dan berlangsung terbatas selama nosisepsi masih ada, serta dianggap sebagai gejala penyakit.  Pada nyeri kronik, fenomena allodinia, hiperalgesia, nyeri spontan bukan saja menjadi gejala  tetapi merupakan penyakit tersendiri. Keadaan  nyeri patologik terjadi ketika nosisepsi tetap timbul setelah penyembuhan usai dan tidak proportional dengan kelainan fisik yang ada. Mekanisme maladaptif terjadi oleh karena plastisitas saraf di tingkat perifer maupun sentral. Di tingkat perifer, mekanisme ditimbulkan oleh sensitasi nosiseptor, aktifitas ektopik termasuk timbulnya tunas tunas baru di bagian distal lesi dan di ganglion radik dorsal saraf lesi, interaksi antar serabut saraf dan   timbulnya reseptor adrenergik alfa 2. Pada tingkat sentral, mekanisme ditimbulkan oleh: sensitasi sentral berhubungan dengan reseptor glutamat pasca sinap, reorganisasi sentral dari serabut alfa beta, dan hilangnya kontrol inhibisi nyeri. 1
pain5
Gambar  4. Reorganisasi pada kornu dorsalis

ALKOHOL
Alkohol adalah zat psikoatif yang bersifat adiktif. Zat psikoatif adalah golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak, yang dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kognitif, persepsi, dan kesadaran seseorang. Sedangkan adiksi atau adiktif adalah suatu keadaan kecanduan atau ketergantungan terhadap jenis zat tertentu. Seseorang yang menggunakan alkohol mempunyai rentang respon yang tidak stabil dari kondisi yang ringan sampai berat. 2
Alkohol juga merupakan zat penekan susunan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan. Bahan psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Nama yang populer alkohol di Indonesia untuk konsumsi adalah miras, kamput, topi miring, raja jemblung, cap tikus, balo, dan lain sebagainya. Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol (1% - 10% alkohol), martini dan anggur (10% - 20% alkohol), dan minuman keras import yang biasa disebut sebagai whisky dan brandy (20% - 50% alkohol). 2
Tingkat Keracunan Konsentrasi Alkohol (mg/100ml) dan Gejala klinis 3 :
Sobriety 10-50 Umumnya tidak menimbulkan efek, mungkin menimbulkan efek relaks
  1. Euphoria 30-120 • Eupforia ringan disertai banyak bicara
·         Meningkatnya kepercayaan diri
·         Kegagalan melakukan aktivitas motorik terampil.
  1. Excitement 90-200 • Instabilitas emosi
·         Hilangnya persepsi sensai
·         Kegagalan mengingat secara komprehensif
·         Inkoordinasi dan kehilangan keseimbangan

  1. Drunkness 150-300
·         Disorientasi, bingung
·         Gangguan penglihatan, seperti diplopia
·         Berkurangnya sensasi nyeri
·         Sempoyongan
·         Bicara kacau
  1. Stupor 250-400 • Paralisis umum
·         Berkurangnya respon terhadap stimulus
·         Tidak mampu berdiri tegak
·         Muntah, inkontinensia urin dan alvi
  1. Coma 350-500 • Coma dan anestesi
·         Reflek terhambat/(-)
·         Depresi system kardiovaskuler dan respirasi
·         Mungkin dapat terjadi kematian
  1. Death >450
·         Kematian akibat depresi system pernapasan
Dua alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya metil alkohol dan etil alkohol) yang strukturnya sebagai berikut 2:
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua. 2
1.      ETANOL
Etanol diproduksi secara petrokimia melalui hidrasi etilen, dan secara biologis melalui fermentasi gula dengan peragian. Etanol merupakan molekul kecil (CH3CH2OH) yang diabsorpsi secara difusi sederhana; lambat di dalam lambung, terutama di absorpsi (70-80%) dalam usus (duodenum dan jejunum). Kadar puncak etanol dalam plasma tercapai dalam 45 menit jika orang tersbut puasa dan dalam 90 menit jika alcohol dikonsumsi bersama makanan. Setelah diabsorpsi, etanol didistribusikan ke organ dengan perfusi tinggi seperti otak, paru-paru, dan hati dalam hitungan menit (waktu paruh distribusi 7-8 menit). 4
Etanol dimetabolisme melalui oksidasi oleh ADH menghasilkan asetaldehida, yang kemudian dioksidasi menjadi asetat oleh aldehydehydrogenase (ALDH). Kemudian dieliminasi dalam bentuk tidak berubah melalui ekspirasi udara, urin, dan keringat. Kontribusi dari berbagai rute eliminasi ini bervariasi tergantung pada konsentrasi plasma, dan nilai-nilai clearance rendah. Kadar etanol darah dapat diperkirakan dari eliminasi oleh paru, berdasarkan konsentrasi di udara ekspirasi. Sekitar 3% sampai 5% dari jumlah total yang diabsorpsi akan dieliminasi dalam bentuk tidak berubah oleh ginjal. Etanol diekskresikan dalam ASI pada konsentrasi sekitar 10% lebih tinggi daripada yang terdapat dalam plasma. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa susu mengandung lebih banyak air. 4
Etanol terutama dimetabolisme dalam hati, tetapi jaringan lain mungkin terlibat dalam oksidasi tersebut. Ethanol mengalami first-pass effect, yaitu sebagian kecil akan mengalami metabolisme sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Metabolisme awal ini terjadi di mukosa pencernaan dan hati. First-pass effect cenderung untuk melibatkan tidak lebih dari 20% dosis etanol yang ditelan. Lebih dari 80% dari alkohol yang tertelan masuk sirkulasi sistemik dalam bentuk etanol dan kemudian dimetabolisme dalam hati. Dalam hati, oksidasi etanol terutama memicu peningkatan rasio NADH / NAD +, yang, pada gilirannya, mengganggu metabolisme karbohidrat dan lemak. Perlemakan hati, salah satu contoh dari peningkatan rasio NADH / NAD +, menghambat β-oksidasi asam lemak dan meningkatkan akumulasi trigliserida dalam hati. Oksidasi etanol pertama oleh ADH menghasilkan asetaldehida. ADH merupakan sitosol, enzim tergantung-NAD yang memainkan peran penting dalam metabolisme etanol. Aktivitas ADH menurun pada subyek yang mengkonsumsi alkohol secara berlebihan. Asetaldehida dioksidasi menjadi asetat oleh ALDH. Dua isoenzim ALDH, yaitu ALDH1 dan ALDH2, terlibat dalam metabolisme alkohol. ALDH1, yang sitosolik, memiliki varian sensitivitas yang berbeda pada 17 tiap individu untuk etanol. ALDH2, yang mitokondrial, memiliki afinitas yang lebih kuat untuk asetaldehida dari ALDH1 dan terutama bertanggung jawab atas oksidasi asetaldehid ke asetat. Konsumsi alkohol yang berlebihan akan mengurangi aktivitas ALDH pada manusia. 4
Gambar 5 : Metabolisme Etanol
Efek etanol terhadap sistem saraf pusat (SSP)
Alkohol sangat berpengaruh pada SSP dibandingkan pada sistem-sistem lain. Efek stimulasi alkohol terhadap SSP masih diperdebatkan mungkin stimulasi tersebut timbul akibat aktivitas berbagai bagian otak yang tidak terkendalikan karena bebas dari hambatan seagai akibat penekanan mekanisme kontrol penghambat. Alkohol bersifat anastetik (menekan SSP), sehingga kemmpuan berkonsentrasi, daya ingat, dan kemampuan mendiskriminasi terganggu dan akhirnya hilang. Penggunaan alkohol pada seseorang yang tidak ketergantungan alkohol, tidak minum obat dan dalam kondisi jasmani yang sehat, alkohol mengurangi risiko untuk menderita penyakit jantung koroner. Bila alkohol diminum dalam jumlah yang layak, perubahan-perubahan patologik yang mungkin terjadi masih bersifat reversibel. Sebaliknya, bila alkohol disalahgunakan, dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan fisik seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, termasuk gangguan pada susunan saraf pusat, serta menimbulkan ketergantungan fisik dengan segala akibatnya. pada pemakaian alkohol yang lama, teratur, dan dalam jumlah banyak, dapat timbul ketergantungan, baik fisik maupun psikis. 5
Toleransi yang terjadi disebabkan meningkatkannya aktivitas MEOS (Microsomal Ethanol Oxidizing System) atau toleransi farmakodinamik dan toleransi behavioral. Pada pemakaian alkohol yang berlebihan dapat terjadi intoksifikasi alkohol dengan gejala muka merah, gangguan koordinasi motorik, jalannya tak stabil, bicara cadel, pelo), nistagmus, perubahan pada alam perasaan, mudah tersinggung, banyak bicara, dan gangguan dalam memusatkan perhatian. Pada beberapa orang dapat dijumpai intoksikasi idiosinkratik alkohol, yaitu timbul gejala intoksikasi walaupun ia hanya minum alkohol dalam jumlah yang pada kebanyakan orang tidak akan menimbulkan intoksikasi. 5
Etanol adalah bahan cairan yang telah lama digunakan sebagai obat dan merupakan bentuk alkohol yang terdapat dalam minuman keras seperti bir, anggur, wiskey maupun minuman lainnya. Etanol merupakan cairan yang jernih tidak berwarna, terasa membakar pada mulut maupun tenggorokan bila ditelan. Etanol mudah sekali larut dalam air dan sangat potensial untuk menghambat sistem saraf pusat terutama dalam aktifitas sistem retikular. Aktifitas dari etanol sangat kuat dan setara dengan bahan anastetik umum. Tetapi toksisitas etanol relatif lebih rendah daripada metanol ataupun isopropanol. Secara pasti mekanisme toksisitas etanol belum banyak diketahui. Beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa etanol berpengaruh langsung pada membran saraf neuron dan tidak pada sinapsisnya (persambungan saraf). Pada daerah membran tersebut etanol mengganggu transport ion. Pada penelitian invitro menunjukkan bahwa ion Na+, K+- ATP ase dihambat oleh etanol. Pada konsentrasi 5 – 10% etanol memblok kemampuan neuron dalam impuls listrik, konsentrasi tersebut jauh lebih tinggi daripada konsentrasi etanol dalam sistem saraf pusat secara invivo. 6
Pengaruh etanol pada sistem saraf pusat berbanding langsung dengan konsentrasi etanol dalam darah. Daerah otak yang dihambat pertama kali ialah sistem retikuler aktif. Hal tersebut menyebabkan terganggunya sistem motorik dan kemampuan dalam berpikir. Disamping itu pengaruh hambatan pada daerah serebral kortek mengakibatkan terjadinya kelainan tingkah laku. Gangguan kelainan tingkah laku ini bergantung pada individu, tetapi pada umumnya penderita turun daya ingatnya. Gangguan pada sistem saraf pusat ini sangat bervariasi biasanya berurutan dari bagian kortek yang terganggu dan merambat ke bagian medulla. 6
Tabel 1 : Gejala yang diakibatkan oleh toksisitas etanol
Gejala klinis
Konsentrasi alkohol dalam darah (%)
Bagian otak yang terkena
1.      Ringan.
-          Penglihatan menurun
-          Reaksi lambat
-          Kepercayaan diri meningkat
0,005 – 0,10
Lobus depan
2.      Sedang
-          Sempoyongan
-          Berbicara tidak menentu
-          Fungsi saraf motorik menurun
-          Kurang perhatian
-          Diplopia
-          Gangguan persepsi
-          Tidak tenang
0,15 – 0,30

Lobus parietal

Lobus ocipitalis



Serebellum
3.      Berat
-          Gangguan penglihatan
-          Depresi
-          Stupor
0,30 – 0,50

Lobus ocipitalis
Serebellum
Diencephalon
4.      Koma
- Kegagalan pernafasan
0,50
Medulla
Gambar 6 : Mekanisme Etanol dalam toksikasi tubuh
2.      METANOL
Metil alkohol/metanol dibuat dari destilasi kayu atau melalui sintesis kimia. Menjelang tahun 1930, metanol pertama kali dibuat melalui destilasi kering pada kayu pada suhu 3500C. Secara kimiawi, metanol diproduksi melalui konversi katalitik gas sintesis (hidrogen, karbon monoksida dan karbon dioksida). Saat ini, gas sintesis banyak diproduksi dari methan, komponen dari gas natural, dibanding dari batu bara. 7
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia C H 3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Ia digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri. Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air. 7
Metabolisme  metanol dan efek terhadap sistem saraf pusat
Methanol dapat diabsorbsi kedalam tubuh melalui saluran pencernaan, kulit dan paru-paru. Methanol didistibusikan secara luas dalam cairan tubuh dengan volume distribusi 0,6 L/kg. Methanol secara perlahan dimetabolisme di hati. Sekitar 3% dari methanol diekskresikan melalui paru atau diekskresi melalui urin. Methanol beracun melalui dua mekanisme. Pertama methanol yang telah masuk kedalam tubuh baik melalui, menelan menghirup atau diserap melalui kulit dapat menekan saraf pusat seperti yang terjadi pada keracunan etanol. Kedua methanol beracun setelah mengalami pemecahan oleh enzim alkohol dehidrogenase di hati menjadi asam format dan formaldehida. Dosis yang berbahaya dapat terjadi bila seseorang terekspos terus menerus terhadap uap methanol atau cairan methanol tanpa menggunakan pelindung. Dosis yang mematikan adalah100-125 ml (4fl oz). Cara kerja methanol sama dengan cara kerja etanol. Methanol lebih bersifat toksik dibandingkan dengan etanol. Toksisitas methanol semakin meningkat disebabkan oleh stukturnya yang tidak murni. metanol diekskresikan secara lambat di dalam tubuh dan kemudian secara kumulatif methanol dapat bersifat toksik di dalam tubuh. Selama penelanan methanol secara cepat diabsorbsi dalam traktus gastrointestinal dan dimetabolisme dihati. Pada langkah pertama dari degradasi, methanol diubah menjadi formaldehid oleh ensim alcohol dehidrogenase.Reaksi ini lebih lambat dari reaksi kedua, oksidasi dari formaldehid menjadi asam format oleh enzim aldehid dehidrogenase. Oksidasi ini berlangsung cepat sehingga hanya sedikit formaldehid yang terakumulasi dalam  serum. Hal ini menjelaskan latensi dari gejala antara penelanan dan timbulnya efek. Waktu paruh dari formaldehid adalah sekitar 1-2 menit. 7
Asam format kemudian dioksidasi menjadi karbondioksida dan air oleh tetrahidrofolat. Waktu paruh asam format di dalam tubuh cukup panjang, yaitu sampai 20-24 jam sehingga dapat terjadi akumulasi di dalam tubuh yang menimbulkan asidosis metabolic. Asam format juga menghambat respirasi seluler sehingga terjadi asidosis laktat. 7
Gambar 7 : Metabolisme Metanol
Metanol bersifat toksik melalui 2 mekanisme. Yang pertama adalah efek dari methanol itu sendiri yang dapat berakibat fatal bila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah banyak karena sifatnya yang mendepresi system saraf pusat.Mekanisme yang kedua adalah metabolisme dari methanol di dalam tubuh dimana methanol akan dimetabolisme oleh tubuh menjadi zat yang sangat beracun yang bertanggung jawab atas terjadinya asidosis dan kebutaan yang merupakan karakteristik dari keracunan methanol. 8
Langkah awal dalam metabolisme metanol melibatkan enzim alkohol dehydrogenase (ADH). Pertama, metanol di dalam hati secara perlahan dioksidasi oleh ADH untuk menghasilkan formaldehida. Selanjutnya, formaldehida dioksidasi oleh formaldehid dehidrogenase menghasilkan asam format (atau formate, tergantung pada pH). Proses oksidasi ini terjadi dengan cepat sehingga sedikit sekali formaldehida terakumulasi di dalam serum. Akhirnya, asam format dimetabolisme menjadi karbon dioksida dan air, yang diekskresikan oleh ginjal dan paru-paru. Akumulasi asam format bertanggung jawab atas terjadinya asidosis metabolik. Asam format juga mengganggu respirasi seluler yang dapat mengarah ke asidosis laktat. Cedera pada mata yang disebabkan oleh metanol mungkin disebabkan cedera pada retina, yang dihasilkan dari metabolisme methanol intravena dan akumulasi asam format. Atau, mungkin disebabkan terganggunya metabolisme normal di saraf optic. 8
3.      ETHER (DIETHYL ETHER)
Adalah zat yang mula-mula disiapkan oleh Valerius Cordus (1540) dengan nama sweet oil of vitril. Unggas-unggas menjadi tertidur dan bangun kembali dengan selamat setelah diberi zat tersebut oleh Paracelcus. Zat tersebut diberi nama aether oleh Frobenius dalam bahasa Yunani berarti sinar atau membakar. Di dalam klinik pertama kali dipakai untuk ekstraksi gigi oleh W.E.Clarke dari Rochester (1842) dan Crawford Long dari Georgia (1842), tetapi tidak dipublikasikan.  Demonstrasi pemakaian ether untuk operasi dilakukan oleh W.T.G. Morton dari Boston (1846). Obat ini kemudian digunakan secara rutin di Amerika. Posisi ini kemudian digantikan dengan cyclo propane (1930). 1
Sejak pembedahan dilakukan terpusat di Instalasi Bedah Sentral (1984), RSUP Dr. Kariadi tidak menggunakan ether karena mudah terbakar. Sedangkan pembedahan banyak dilakukan menggunakan cauter yang menimbulkan percikan api. Sebelum itu sebagian besar tindakan anestesi inhalasi di RSUP Dr. Kariadi menggunakan ether. 5
Dibuat dengan memanaskan campuran asam sulfat pekat dan ethyl alkohol 95%  pada suhu 130 OC dalam alat distilasi. Kedalam campuran tersebut terus dialirkan uap alkohol  sehingga terjadi reaksi dehidrasi. Proses selanjutnya adalah pemisahan dari zat yang terbentuk sebagai reaksi ikutan maupun sisa-sisa zat anestesi. 1
Ether merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap dengan berat molekul 74, titik didih 35OC, tekanan uap jenuh pada suhu 20OC 425 mmHg. Rasio kelarutan dalam minyak/air 32. Koefisien partisi minyak/gas 65, Koefisien parti darah/gas 12,0. Konsentrasi  alveolar minimal adalah 1,92. Uap ether dalam udara mudah terbakar pada konsentrasi antara 1,83 - 48%. Meledak dalam oksigen pada konsentrasi antara 2% - 82%. Di dalam penyimpanan dapat tercampur dengan zat-zat lain yang terbentuk pada waktu proses pembuatan atau dalam penyimpanan. Pada waktu pembuatan dapat tercampur dengan oksida belerang, sulfat, aldehid, thio ether dan asam thio yang lain. Selama proses penyimpanan dapat terbentuk peroksida, aldehid, keton dan mercaptan. Terbentuknya zat-zat tersebut didukung oleh udara, cahaya, keadaan lembab dan panas, dan dihambat oleh tembaga, besi, merkuri, difenil amin dan hidroquinon. Karena itu ether disimpan di tempat gelap dan dingin dan  sebaiknya diberi 4% ethyl alkohol untuk pengawet. 1
Ether dapat dipakai untuk semua teknik anestesi inhalasi, induksi memerlukan waktu antara 10 -15 menit, dengan dosis antara 10 - 12 %, dosis pemeliharaan antara 3,5-4,5 %. Henti nafas terjadi pada konsentrasi 6,7 – 8 %. Di dalam tubuh, ether tidak mengalami perubahan, 90 % dieliminasi lewat paru, setengahnya dikeluarkan dalam waktu 5 menit, sebagian besar sisanya dikeluarkan dalam waktu 1 jam. Ekskresi seluruhnya memerlukan waktu 8 - 13 jam. 1
Pada sistem sirkulasi ether meningkatkan laju jantung karena stimulasi simpatis, meningkatkan katekolamin dan depresi vagal. Pada anestesi dangkal menyebabkan vasokonstriksi dan pada anestesi dalam menyebabkan vasodilatasi akibat pengaruh pada pusat vasomotor. Tekanan darah menurun pada kedalaman anestesi mulai stadium III plana II. Pada sistem saraf pusat pada stadium II ether menyebabkan eksitasi dan pada stadium lebih dalam menyebabkan anestesi. Pada stadium dangkal dapat menyebabkan kejang, diduga karena stretch reflek. Ether menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak sehingga terjadi peningkatan tekanan intra cranial. 1
Pada sistem pernafasan  menimbulkan iritasi jalan nafas, batuk, dan spasme, meningkatkan frekuensi nafas pada stadium dangkal dan melambat pada stadium yang dalam. Pada sistem simpatis menimbulkan stimulasi sentral diikuti dengan meningkatnya katekolamin plasma, akibatnya laju jantung meningkat, gula darah meningkat, dilatasi usus dan hambatan peristaltik, dilatasi bronkhus, frekuensi nafas meningkat dan tahanan vaskuler meningkat. Pada sistem parasimpatis terjadi depresi sentral. 1
Pada sistem gastrointestinal menyebabkan mual dan muntah pada 50% pasien, tetapi dengan konsentrasi minimal dan pelumpuh otot  keadaan ini bisa dikurangi. Sekresi kelenjar ludah meningkat selama induksi dan selanjutnya mengalami depresi, terjadi atoni usus pada anestesi dalam sampai periode post anestesi. 1
Fungsi hepar menurun tetapi kembali normal dalam waktu 24 jam, sekresi empedu dan garam empedu mengalami penurunan.     Pada mata terjadi peningkatan sekresi kelenjar air mata pada stadium ringan dan penurunan sekresi pada anestesi dalam.1
Pada traktus urinarius, ether menyebabkan produksi urin menurun karena vasokonstriksi renal, efek neurogenik dan berkurangnya aliran darah. Hal ini akan berubah normal setelah anestesi dihentikan. Pada ginjal normal hanya terjadi sedikit pengurangan fungsi.           Pada uterus dalam keadaan hamil, ether menghambat gerakan uterus pada anestesi dalam, relaksasi sempurna pada anestesi dalam. Ether dapat menembus barier plasenta, konsentrasi dalam darah fetus dengan cepat meningkat menyamai konsentrasi dalam darah ibu. Pada otot skelet, ether menyebabkan relaksasi karena blok myoneural (dapat direverse dengan neostigmin) dan berkurangnya impuls saraf motorik. 1
Pada metabolisme dapat terjadi asidosis metabolik karena meningkatnya asam laktat, piruvat, asam lemak non esterifikasi dan keton bodies. Ether juga menimbulkan kenaikan kadar gula darah. 1
Keuntungan anestesi dengan ether 1:
·         Menghasilkan relaksasi yang sempurna,
·         Depresi respirasi tidak diikuti dengan kerusakan jantung bila tidak terjadi hipoksia,
·         Relatif non toksik, khususnya pada anestesi ringan dengan pelumpuh otot,
·         Merupakan obat anestesi yang aman bila tidak terjadi hipoksia,
·         Harga murah,
·         Bisa digunakan dengan alat-alat sederhana yang memungkinkan mudah dibawa kemana-mana (portable),
·         Tanda – tanda stadium anestesi jelas.
Kerugian anestesi dengan ether 1:
·         Menimbulkan sekresi mukus yang banyak pada mulut dan jalan nafas,
·         Menyebabkan mual dan muntah,
·         Induksinya memerlukan waktu lama
·         Mudah terbakar.
SIMPULAN
Alkohol juga merupakan zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan. Alkohol bersifat anastetik (menekan sistem saraf pusat), sehingga kemmpuan berkonsentrasi, daya ingat, dan kemampuan mendiskriminasi terganggu dan akhirnya hilang, sehingga seseorang akan mendapatkan efek anestesi. Tetapi terdapat beberapa efek yang membahayakan bagi tubuh  yang sampai pada berefek kematian pada pengkonsumsi alkohol sehingga konsumsi alkohol sangat tidak dianjurkan.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Harahap.M.S., Buku Ajar Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran UNDIP / RSUP dr. Kariadi, Semarang, 2009.
2.      Sofian, I., Perancangan media informasi bahaya mengkonsumsi minuman keras bagi remaja, UNIKOM, Bandung, 2009.
3.      Tya, eka yulianti, 10 Mei 2010, Kadar Alkohol Dalam Darah, Detik Bandug, http://bandung.detik.com/read/2010/05/10/161939/1354615/486/kadar-alkohol-dalamdarah- 05-persen-siap-siap-cuci-darah. Diakses tanggal 28 November 2011.
4.      Alex Paton, 2005, Alkohol in the body, BMJ Publishing Group Ltd, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC555673/. Diakses tanggal 28 November 2011.
5.      Sualman, K., intoksikasi Alkohol. Bag.Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau Pekanbaru, 2009.
6.      Edy. 9 April 2009. Efek kadar alkohol dalam tubuh. http://ercege.wordpress.com/2009/04/09/efek-kadar-alkohol-dalam-darah/. Diakses tanggal 29 November 2011.
7.      Anonymous. Methanol. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Methanol. Diakses tanggal 28 November 2011.
Anonymus, 2009. Methanol Intoxication. Diunduh dari: http://www.emedicine.com/NEURO/topic217htm. Diakses tanggal 27 November 2010.