1. Definisi
Diare atau
penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarrola (bahasa
Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through), merupakan suatu
keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen.(4)
Diare
adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari.(5)
2. Epidemiologi
Penyakit
Diare masih merupakan penyebab utama kematian pada balita. Menurut Departemen
Kesehatan RI, angka kesakitannya yang dilaporkan dari sarana kesehatan dan
kader per 1.000 penduduk dimana terlihat adanya kecenderungan menurun sejak
tahun 1993 yaitu dari 28,77 per 1.000 penduduk menurun menjadi 21,22 per 1.000
penduduk pada tahun 1996. Akan tetapi terjadi sebaliknya dengan angka
kematiannya per 100 penderita (CFR), justru terlihat meningkat dari tahun 1993
yaitu dari 0,015 menjadi 0,022 pada tahun 1996. Berdasarkan hasil survei yang
dilakukan oleh Subdit P2 Diare, episode diare Balita adalah sekitar 1,6 - 2,2
kali pertahun dan angka kesakitan untuk seluruh golongan umur adalah sekitar
230 - 330 per 1000 penduduk.(6) Diare adalah penyebab kematian
urutan ke-3 didunia, paling umum kematian balita yaitu membunuh lebih dari 1,5
juta orang balita per tahun.(7)
3.
Klasifikasi
Diare
Menurut Dinkes Provinsi Jateng
(2006), diare terbagi menjadi dua berdasarkan lama sakit, yaitu diare akut dan
diare kronik.
a.
Diare akut
Yaitu diare yang berlangsung kurang
dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut dapat terjadi
dehidrasi yang merupakan penyebab utama kematian.(5)
b.
Diare kronik
Yaitu diare yang berlangsung lebih
dari 14 hari secara terus–menerus yang dapat mengakibatkan penurunan berat
badan dan gangguan metabolisme.(5)
Sedangkan menurut Hendarwanto (1999), diare
karena infeksi akut dapat digolongkan sebagai berikut:
1.
Koleriform: diare
terutama terdiri atas cairan saja.
2.
Disenteriform: pada diare
didapatkan lendir kental dan kadang–kadang darah.(8)
4. Etiologi Diare
Kejadian diare dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab, yaitu:
a. Faktor Makanan
Makanan
sebagai penyebab diare merupakan penyebab non infeksi yang paling sering,
diantaranya:
♠ Makanan yang busuk, mengandung racun.
♠ Perubahan susunan makanan yang mendadak,
hal ini sering terjadi pada bayi.
♠ Susunan makanan yang tidak sesuai dengan
umur bayi, yang berupa osmolaritas yang tinggi ataupun terlalu banyak serat.(4)
b. Faktor infeksi
(1). Infeksi enteral yaitu infeksi dalam usus,
keadaan ini penting karena penyakit diare ini menular secara jalur oro-fecal.
Dalam garis besarnya, dibagi menjadi:
§ Infeksi bakteri: Vibrio, E. coli. Salmonella, Shigella, Campylobacter, dan sebagainya.
§ Infeksi virus: Enterovirus, Rotavirus,
Adenovirus, dan lain-lain.
§ Infeksi parasit: cacing (Ascaris
lumbricoides, Trichiuris trichiura, Oxyuris vermicularis, Strongyloides
stercoralis), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis).
§ Infeksi jamur (Candida albicans).(4,8)
(2). Infeksi
parenteral merupakan infeksi di luar usus, diperkirakan melalui jalur sususnan
saraf vegetatif mempengaruhi sistem saluran cerna sehingga terjadi diare.
Beberapa macam infeksi yang sering disertai diare, diantaranya: infeksi saluran
nafas, infeksi saluran kencing, campak, dan lainnya.(4)
c. Faktor psikik
Keadaan depresif
pada umumnya melalui jalur susunan saraf vegetatif dapat mengganggu saluran
cerna sehingga terjadi diare. Pada anak-anak, kondisi lingkungan sosiobiologik
sering berperan dalam penanganan diare.(4)
d. Faktor umur
Komplikasi lebih banyak
terjadi pada umur di bawah 2 bulan, dan makin muda usia bayi makin lama
kesembuhan klinik diarenya. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada usia di
bawah 2 bulan keadaan integritas mukosa usus masih belum baik, faktor air susu
ibu dan ketahanan. Sudigbya (1990), mendapatkan pada survei diare di Kecamatan
Beringin, kejadian tertinggi pada golongan umur 6-24 bulan. Keadaan tersebut
terjadi sangat mungkin karena pada umur 6-24 bulan, jumlah air susus ibu sudah
mulai berkurang dan pemberian makanan sapih yang kurang nilai gizinya serta
nilai kebersihannya.(4)
e. Faktor Status Gizi
Diduga bahwa mukosa penderita
malnutrisi sangat peka terhadap infeksi. Menurut Stanfield (1974),
perubahan-perubahan yang terjadi pada penderita malnutrisi adalah:
1) perubahan gastrointestinal, yang berupa:
-
atrofi
jonjot usus
-
atrofi mukosa lambung dengan akibat sekresi asam
lambung berkurang, hal ini menyebabkan berkurangnya pengaruh bakterisidal
lambung, sehingga pertumbuhan bakteri atau jamur dalam cairan duodenumdan usus
halus.
-
Adanya
bakteri tumbuh lampau dapat menimbulakan dekonjugasi garam empedu, sehingga
terbantuk asam empedu, yang dapat menyebabkan malabsorbsi lemak, yang kemudian
dapat menimbulkan malabsorbsi laktosa kaibat kerusakan mikrovilli.
-
Kerusakan
pankreas pada mlanutrisi lanjut, yanng menyebabkan berkurangnya enzim lipase,
tripsin, dan amilase. Hal ini menyebabkan gangguan pencernaan dan penyerapan
makanan.
2) perubahan pada sistem imunitas, baik
imunitas humoral dan selular. Hal ini menyebabkan penderita malnutrisi rentan terhadap diare infeksi.(4)
f. Faktor Lingkungan
Dapat dikatakan bahwa
penularan penyakit diare merupakan hasil dari hubungan antara: (a) faktor
jumlah kuman yang disekresi (penderita atau carrier); (b) kemampuan
kuman untuk hidup di lingkungan; dan (c) dosis kuman untuk menimbulkan infeksi,
di samping ketahanan host untuk menghadapi mikroba tadi.(4)
Faktor
sosial budaya yang berupa pendidikan, pekerjaan dan kepercayaan masyarakat
membentuk perilaku positif maupun negatif terhadap berkembangnya diare. Perilaku
masyarakat yang negatif misalnya membuang tinja di kebun, sawah atau sungai,
minum air yang tidak dimasak dan melakukan pengobatan sendiri dengan cara yang
tidak tepat. Kepadatan
penduduk dan sosial ekonomi yang rendah serta lingkungan yang kurang mendukung
sering menimbulkan wabah diare.(2)
Gambar 1. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit diare (2)
5.
Mekanisme
Terjadinya Diare
Mekanisme dasar yang
menyebabkan timbulnya diare adalah:
a. Diare osmotik.
Diare ini
terjadi pada keadaan malabsorbsi karbohidrat. Mukosa usus halus adalah epitel
berpori yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk
mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler. Dalam
keadaan ini, diare dapat terjadi apabila suatu bahan yang secara osmotik aktif
dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan
bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare.(6)
b. Diare
Sekretorik.
Diare
ini disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usu halus. Hal ini
terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel
epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang
menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair. Hal
ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare infeksi, perubahan ini terjadi
karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin E.
coli dan V. Cholera 01 atau virus (Rotavirus).(6)
c. Gangguan motilitas usus.
Hiperperistaltik
akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.(4)
6. Gejala klinis
Gejala utama: buang air besar lembek-cair yang frekuensinya lebih dari
biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari). Berdasarkan kuman penyebab diare,
gejala klinik diare dapat dibedakan sebagai berikut:
KUMAN |
MASA TUNAS
|
GEJALA KLINIS
|
CARA PENULARAN
|
Vibrio cholera
|
beberapa jam sampai 5 hari
|
mencret mendadak, cair seperti cucian beras, terus-menerus, dehidrasi,
kadang muntah, asidosis, dan syok.
|
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
|
V. parahae-molyticus
|
biasanya 2-3 hari
|
diare, sakit perut, mual, muntah, demam, sakit kepala.
|
ikan (makanan) laut yang terkontaminasi
|
Staphilococcus aureus |
2-6 jam
|
mual, muntah, sakit perut, mencret, suhu badan tinggi
|
daging, telur, makanan kaleng, dan roti
|
Salmonella sp.
|
12-24 jam
|
mencret, demam, sakit perut
|
daging unggas, susu, dan telur yang terkontaminasi
|
Clostridium perfringens
|
6-24 jam, biasanya 10-12 jam
|
mencret, , sakit perut
|
daging, makanan, kaleng
|
Bacillus cereus
|
6-14 jam
|
mencret, mual, muntah.
|
bubur kaleng, puding
|
Shigella sp.
|
2-3 hari
|
mencret, sakit perut, tenesmus, tinja lendir-darah
|
makanan saus dan makanan kaleng yang terkontaminasi
|
Streptococcus faecalis
|
5-20 jam
|
mencret, mual, muntah
|
makanan kaleng yang terkontaminasi
|
Enterococcus
|
2-18 jam
|
mencret, mual, muntah
|
makanan kaleng yang terkontaminasi
|
Tabel
1. Gejala klinik diare berdasarkan kuman penyebab diare. (5)