11 orang yang mecoba mengejar mimpi menjadi seorang dokter yang sukses

Thursday, July 12, 2012

DIARE


1.      Definisi
Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarrola (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through), merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen.(4)
Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari.(5)

2.      Epidemiologi
Penyakit Diare masih merupakan penyebab utama kematian pada balita. Menurut Departemen Kesehatan RI, angka kesakitannya yang dilaporkan dari sarana kesehatan dan kader per 1.000 penduduk dimana terlihat adanya kecenderungan menurun sejak tahun 1993 yaitu dari 28,77 per 1.000 penduduk menurun menjadi 21,22 per 1.000 penduduk pada tahun 1996. Akan tetapi terjadi sebaliknya dengan angka kematiannya per 100 penderita (CFR), justru terlihat meningkat dari tahun 1993 yaitu dari 0,015 menjadi 0,022 pada tahun 1996. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Subdit P2 Diare, episode diare Balita adalah sekitar 1,6 - 2,2 kali pertahun dan angka kesakitan untuk seluruh golongan umur adalah sekitar 230 - 330 per 1000 penduduk.(6) Diare adalah penyebab kematian urutan ke-3 didunia, paling umum kematian balita yaitu membunuh lebih dari 1,5 juta orang balita per tahun.(7)


3.      Klasifikasi Diare
Menurut Dinkes Provinsi Jateng (2006), diare terbagi menjadi dua berdasarkan lama sakit, yaitu diare akut dan diare kronik.
a.       Diare akut
            Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut dapat terjadi dehidrasi yang merupakan penyebab utama kematian.(5)
b.      Diare kronik
            Yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus–menerus yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.(5)
Sedangkan menurut Hendarwanto (1999), diare karena infeksi akut dapat digolongkan sebagai berikut:
1.        Koleriform: diare terutama terdiri atas cairan saja.
2.        Disenteriform: pada diare didapatkan lendir kental dan kadang–kadang darah.(8)

4.      Etiologi Diare
Kejadian diare dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab, yaitu:
a.       Faktor Makanan
Makanan sebagai penyebab diare merupakan penyebab non infeksi yang paling sering, diantaranya:
  Makanan yang busuk, mengandung racun.
  Perubahan susunan makanan yang mendadak, hal ini sering terjadi pada bayi.
    Susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi, yang berupa osmolaritas yang tinggi ataupun terlalu banyak serat.(4)
b.      Faktor infeksi
(1).    Infeksi enteral yaitu infeksi dalam usus, keadaan ini penting karena penyakit diare ini menular secara jalur oro-fecal. Dalam garis besarnya, dibagi menjadi:
§  Infeksi bakteri: Vibrio, E. coli. Salmonella, Shigella, Campylobacter, dan sebagainya.
§  Infeksi virus: Enterovirus, Rotavirus, Adenovirus, dan lain-lain.
§  Infeksi parasit: cacing (Ascaris lumbricoides, Trichiuris trichiura, Oxyuris vermicularis, Strongyloides stercoralis), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis).
§    Infeksi jamur (Candida albicans).(4,8)
(2).    Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar usus, diperkirakan melalui jalur sususnan saraf vegetatif mempengaruhi sistem saluran cerna sehingga terjadi diare. Beberapa macam infeksi yang sering disertai diare, diantaranya: infeksi saluran nafas, infeksi saluran kencing, campak, dan lainnya.(4)
c.       Faktor psikik
Keadaan depresif pada umumnya melalui jalur susunan saraf vegetatif dapat mengganggu saluran cerna sehingga terjadi diare. Pada anak-anak, kondisi lingkungan sosiobiologik sering berperan dalam penanganan diare.(4)
d.      Faktor umur
Komplikasi lebih banyak terjadi pada umur di bawah 2 bulan, dan makin muda usia bayi makin lama kesembuhan klinik diarenya. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada usia di bawah 2 bulan keadaan integritas mukosa usus masih belum baik, faktor air susu ibu dan ketahanan. Sudigbya (1990), mendapatkan pada survei diare di Kecamatan Beringin, kejadian tertinggi pada golongan umur 6-24 bulan. Keadaan tersebut terjadi sangat mungkin karena pada umur 6-24 bulan, jumlah air susus ibu sudah mulai berkurang dan pemberian makanan sapih yang kurang nilai gizinya serta nilai kebersihannya.(4)


e.       Faktor Status Gizi
Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka terhadap infeksi. Menurut Stanfield (1974), perubahan-perubahan yang terjadi pada penderita malnutrisi adalah:
1)      perubahan gastrointestinal, yang berupa:
-   atrofi jonjot usus
-   atrofi  mukosa lambung dengan akibat sekresi asam lambung berkurang, hal ini menyebabkan berkurangnya pengaruh bakterisidal lambung, sehingga pertumbuhan bakteri atau jamur dalam cairan duodenumdan usus halus.
-   Adanya bakteri tumbuh lampau dapat menimbulakan dekonjugasi garam empedu, sehingga terbantuk asam empedu, yang dapat menyebabkan malabsorbsi lemak, yang kemudian dapat menimbulkan malabsorbsi laktosa kaibat kerusakan mikrovilli.
-   Kerusakan pankreas pada mlanutrisi lanjut, yanng menyebabkan berkurangnya enzim lipase, tripsin, dan amilase. Hal ini menyebabkan gangguan pencernaan dan penyerapan makanan.
2)      perubahan pada sistem imunitas, baik imunitas humoral dan selular. Hal ini menyebabkan penderita malnutrisi rentan terhadap diare infeksi.(4)
f.       Faktor Lingkungan
Dapat dikatakan bahwa penularan penyakit diare merupakan hasil dari hubungan antara: (a) faktor jumlah kuman yang disekresi (penderita atau carrier); (b) kemampuan kuman untuk hidup di lingkungan; dan (c) dosis kuman untuk menimbulkan infeksi, di samping ketahanan host untuk menghadapi mikroba tadi.(4)
Faktor sosial budaya yang berupa pendidikan, pekerjaan dan kepercayaan masyarakat membentuk perilaku positif maupun negatif terhadap berkembangnya diare. Perilaku masyarakat yang negatif misalnya membuang tinja di kebun, sawah atau sungai, minum air yang tidak dimasak dan melakukan pengobatan sendiri dengan cara yang tidak tepat. Kepadatan penduduk dan sosial ekonomi yang rendah serta lingkungan yang kurang mendukung sering menimbulkan wabah diare.(2)







Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare (2)

5.      Mekanisme Terjadinya Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan  timbulnya diare adalah:
a.       Diare osmotik.
Diare ini terjadi pada keadaan malabsorbsi karbohidrat. Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler. Dalam keadaan ini, diare dapat terjadi apabila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare.(6)
b.      Diare  Sekretorik.
Diare ini disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usu halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair. Hal ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare infeksi, perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin E. coli dan V. Cholera 01 atau virus (Rotavirus).(6)
c.       Gangguan motilitas usus. 
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.(4)

6.      Gejala klinis
Gejala utama: buang air besar lembek-cair yang frekuensinya lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari). Berdasarkan kuman penyebab diare, gejala klinik diare dapat dibedakan sebagai berikut:

KUMAN

MASA TUNAS
GEJALA KLINIS
CARA PENULARAN
Vibrio cholera
beberapa jam sampai 5 hari
mencret mendadak, cair seperti cucian beras, terus-menerus, dehidrasi, kadang muntah, asidosis, dan syok.
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
V. parahae-molyticus
biasanya 2-3 hari
diare, sakit perut, mual, muntah, demam, sakit kepala.
ikan (makanan) laut yang terkontaminasi

Staphilococcus aureus

2-6 jam
mual, muntah, sakit perut, mencret, suhu badan tinggi
daging, telur, makanan kaleng, dan roti
Salmonella sp.
12-24 jam
mencret, demam, sakit perut
daging unggas, susu, dan telur yang terkontaminasi
Clostridium perfringens
6-24 jam, biasanya 10-12 jam
mencret, , sakit perut
daging, makanan, kaleng
Bacillus cereus
6-14 jam
mencret, mual, muntah.
bubur kaleng, puding
Shigella sp.
2-3 hari
mencret, sakit perut, tenesmus, tinja lendir-darah
makanan saus dan makanan kaleng yang terkontaminasi
Streptococcus faecalis
5-20 jam
mencret, mual, muntah
makanan kaleng yang terkontaminasi
Enterococcus
2-18 jam
mencret, mual, muntah
makanan kaleng yang terkontaminasi
Tabel 1. Gejala klinik diare berdasarkan kuman penyebab diare. (5)