11 orang yang mecoba mengejar mimpi menjadi seorang dokter yang sukses

Thursday, July 19, 2012

PSIKOTERAPI SKIZOFRENIA

AA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab  (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau"deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.1  
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (bluntted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Skizofrenia lebih sering terjadi pada populasi urban dan pada kelompok sosial ekonomi rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh suatu “kecenderungan terpuruk” (misal, orang–orang pengangguran yang tidak fungsional, berakhir pada lingkungan pinggiran ). Lingkungan yang buruk tidak “menyebabkan” gangguan ini, meskipun demikian, lingkungan yang buruk dapat menyebabkan penyakit sulit dikendalikan.1
Skizofrenia adalah sama-sama prevalensinya antara laki-laki dan wanita. Tetapi, dua jenis kelamin  tersebut  menunjukkan  perbedaan  dalam  onset  dan  perjalanan  penyakit.  Laki-laki mempunyai onset lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun; untuk wanita usia puncak adalah 25 sampai 35 tahun. Onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat jarang. Penanganan pasien skizofrenia dibagi secara garis besar menjadi:2
1.      Psikofarmaka
2.      Psikoterapi : Psikoterapi Individu, Psikoterapi Keluarga dan Psikoterapi Kelompok.
            Sebagian  besar pasien  skizofrenia  mendapatkan manfaat dari pemakaian kombinasi pengobatan antipsikotik dan psikoterapi.2
1.2       Batasan Masalah
            Referat ini membahas tentang skizofrenia secara umum dan penatalaksanaan skizorenia secara “Psikoterapi”.



















Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1              Definisi
            Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang bergantung pada perimbangan pengaruh, genetik, fisik, dan sosial budaya.1
2.2              Epidemiologi
            Di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen; konsisten dengan rentang tersebut, penelitian Epidemiological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh National Institue of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 1,3%. Kira-kira 0,025-0,05 % populasi total diobati untuk skizofrenia dalam satu tahun. Walaupun dua pertiga dari pasien yang diobati tersebut membutuhkan perawatan di rumajh sakit, hanya kira-kira setengah dari semua pasien skizofrenik mendapatkan pengobatan, tidak tergantung pada keparahan penyakit.2
            Prevalensi skizofrenia diantara orangtua dari anak-anak skizofrenia adalah kira-kira 8 persen, yang mendekati dua kali prevalensi orang tua dari pasien skizofrenik onset dewasa. Skizofrenia jarang di diagnosis pada anak-anak yang kurang dari 5 tahun; gangguan ini sering di diagnosis pada remaja yang baru berusia lebih dari 15 tahun. Gejala biasanya timbul secara perlahan-lahan dan kriteria diagnosis secara bertahap di penuhi dengan berjalannya waktu. Kadang-kadang, onset skizofrenia adalah tiba-tiba dan terjadi pada anak yang sebelumnya baik-baik saja. Skizofrenia juga dapat didiagnosis pada anak-anak yang pernah mengalami kesulitan kronis dan selanjutnya mengalami eksaserbasi yang bermakna.2
2.3              Etiologi
            Walaupun penelitian keluarga dan genetik memberikan bukti-bukti yang cukup banyak tentang peranan biologis pada perkembangan skizofrenia, tidak ada petanda biologis yang spesifik yang telah dikenali, dan mekanisme persis tentang transmisi skizofrenia adalah tidak dimengerti. 3
            Skizofrenia secara bermakna adalah lebih menonjol diantara sanak saudara pertama mereka dengan skizofrenia dibandingkan dengan populasi umum. Penelitian adopsi pada pasien skizofrenik onset dewasatelah menunjukkan bahwa skizofrenik terjadi pada sanak saudara biologis bukan pada saudara angkat. Pola transmisi genetik skizofrenia tetap tidak diketahui tetapi, terlihat lebih banhyak beban genetik yang ditemukan pada sanak saudara dari mereka dengan skizofrenia onset anak-anak dibandingkan dengan sanak saudara dengan mereka dengan skizofrenia onset dewasa.3
2.4              Gejala Klinis
            Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala-gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).4
            Sebagian besar penderita skizofrenia mengalami psikosis hanya untuk sebagian kecil hidupnya. Yang khas, mereka lebih lama (bertahun-tahun) berada pada fae residual, yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama periode fase residual ini, pasien dapat mengisolasi diri atau menarik diri, dan “aneh”. Pemikiran dan pembicaraan mereka tidak jelas dan di rasakan oleh orang lain sebagai sesuatu yang aneh dan tidak da[at di mngerti, mereka yakin bahwa mereka mempunyai suatu kekuatan dan sensitivitas khusus dan mempunyai pengalaman “mistik” dan psikis.4
2.5              Diagnosis
            Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia berdasarkan PPDGJ III :
§  Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)1,9 :
                           i.            - “thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” : isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal) ; dan
- “thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;1,9
                              ii.            - “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar ; atau
- “delusion of passivitiy” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus) ;
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat.1,9
                            iii.            Halusinasi auditorik :
-          Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau
-          Mendiskusikan perilaku pasien di antara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara)1,9
                            iv.            Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu  yang  mustahil,  misalnya  perihal  keyakinan  agama  atau  politik  tertentu,  atau kekuatan dam kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).1,9
§  Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
                              v.            Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai bai oeh waham yang menetap ataupun setegah berbentuk tanpa kandunga afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over valued-ideas) yang metap, atau apabila terjadi berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang ;
                            vi.            Arus pikiran yang tertutup (break) atau mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme ;
                          vii.            Perilaku katatonik, seperti keadaan  gaduh  gelisah   (excitement), posisi tubuh  tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor ;
                        viii.            Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial  dan  menurunnya  kinerja  sosial;  tetapi  harus  jelas  bahwa  semua  hal  tersebut  tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; 1,9
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). Harus ada suatu perubahan ang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.2
2.6              Terapi
§  Psikofarmaka5,6
            Obat  antipsikotik  yang  paling  lama  penggunannya  disebut  antipsikotik  konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :
1)     Haloperidol
2)     Thioridazine
3)     Thiothixene
4)     Fluphenazine
5)     Trifluoperazine
6)     Chlorpromazine
7)     Pherpenazine
            Akbat berbagai efek samping yang  dapat  ditimbulkan  oleh  antipsikotik  konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic. Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler.  Prolixin  dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama  (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.5,6
            Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbda, serta sedikit  menimbulkan  efek  samping  bila  dibandingkan  dengan  antipsikotik  konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
o  Risperdal (risperidone)
o  Seroquel (quetiapine)
o  Zyprexa (olanzopine)
Para ahli banyak yang merekomendasikan obat-obat ini digunakan sebagai terapi untuk menangani pasien-pasien dengan Skizofrenia.
§  Psikoterapi
            Psikoterapi adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.3 da juga yang mengatakan bahwa Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seseorang pasien yan dilakukan oleh seseorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.8
Penggolongan psikoterapi secara umum adalah sebagai berikut :
ü  Psikoterapi individual
ü  Psikoterapi kelompok
ü  Psikoterapi keluarga
ü  Manajemen kasus
ü  Assertive Community Treatment (ACT)
2.7               Psikoterapi Individual 
            Masalah yang menyebabkan orang datang ke dokter untuk berobat berasal dari 2 kondisi, yang asal kehidupan manusia di masa lalu dan masalah yang tampaknya berasal dari strees dan tekanan pada masa sekarang yang melebihi kemampuan pengendalian secara sadar pasien. Dinamika interpersonal dan intrapsikis sekarang kemungkinan mendapatkan perhatian yang terbesar dalam terapi psikoanalitik, dan mendapatkan perhatian yang lebih kecil dengan rekonstruksi terinci dari kehidupan masa lalu pasien.6
            Psikoanalisis dan psioterapi analitik, adalah unik di antara terapi yang ada, memberikan kerangka kerja teoritis dan klinis untuk meneliti perkembangan manusia dari sudut motivasi, impuls, dan konflik perlekatan, keintiman, dan sifat harga diri.6 Berikut beberapa hal mengenai psikoterapi :
o   Psikoanalisis7
            Pikiran dan peran yang berada dalam alam bawah sadar dibawa ke dalam alam sadar. Psikoanalisis menekankan konflik antara dorongan bawah sadar dan pertimbangan moral yang dimiliki pasien terhadap impuls yang ada. Kebutuhan utama untuk melakukan psikoanalisis adalah integrasi yang bertahap material yang sebelumnya direpresi ke dalam struktur kepribadian total. Psikoanalisis merupakan proses yang berjalam lambat. Bila proses berjalan terlalu cepat, pasien mungkin memandang analisis sebagai trauma yang baru. Tugas analisis pada awalnya adalah untuk mempersiapkan pasien untuk menghadapi material yang menimbulkan kecemasan yang telah diungkapkan.7
            Psikoanalisis biasanya membutuhkan waktu antara tiga dan enam tahun kadang lebih lama. Sesi biasanya dilakukan empat atau lebih dalam seminggu, masing-masing selama 45 – 50 menit. Beberapa metoden dan macam psikoanalisis adalah :
1.      Asosiasi Bebas
Dalam asosiasi bebas, pasien mengatakan segala sesuatu yang datang ke dalam pikirannya tanpa ada penyensoran. 7
2.      Perhatian Mengalir Bebas
Jawaban ahli analisis terhadap asosiasi bebas pasien adalah cara mendengarkan yang khusus, yang dinamakan perhatian mengalir bebas.7
3.      Aturan Abstinensi