BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Skizofrenia merupakan
suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak
selalu bersifat kronis atau"deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan
sosial
budaya.1
Pada umumnya ditandai
oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh
afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (bluntted). Kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian. Skizofrenia lebih
sering terjadi pada populasi urban dan pada kelompok sosial ekonomi rendah.
Hal ini mungkin disebabkan oleh suatu “kecenderungan terpuruk” (misal,
orang–orang pengangguran yang tidak fungsional, berakhir pada lingkungan
pinggiran ). Lingkungan yang buruk tidak “menyebabkan” gangguan ini, meskipun
demikian, lingkungan yang buruk dapat menyebabkan penyakit sulit dikendalikan.1
Skizofrenia adalah
sama-sama prevalensinya antara laki-laki dan wanita. Tetapi, dua jenis kelamin
tersebut menunjukkan perbedaan
dalam onset dan
perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai
onset lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun; untuk wanita usia puncak adalah 25
sampai 35 tahun. Onset skizofrenia sebelum
usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat jarang. Penanganan pasien
skizofrenia dibagi secara garis besar menjadi:2
1. Psikofarmaka
2. Psikoterapi :
Psikoterapi Individu, Psikoterapi Keluarga dan Psikoterapi Kelompok.
Sebagian besar pasien
skizofrenia mendapatkan manfaat
dari pemakaian kombinasi pengobatan antipsikotik dan psikoterapi.2
1.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang skizofrenia
secara umum dan penatalaksanaan skizorenia secara “Psikoterapi”.
Bab II
Tinjauan
Pustaka
2.1
Definisi
Skizofrenia merupakan suatu
deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang bergantung
pada perimbangan pengaruh, genetik, fisik, dan sosial budaya.1
2.2
Epidemiologi
Di Amerika Serikat prevalensi
skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5
persen; konsisten dengan rentang tersebut, penelitian Epidemiological Catchment
Area (ECA) yang disponsori oleh National Institue of Mental Health (NIMH)
melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 1,3%. Kira-kira 0,025-0,05 %
populasi total diobati untuk skizofrenia dalam satu tahun. Walaupun dua pertiga
dari pasien yang diobati tersebut membutuhkan perawatan di rumajh sakit, hanya
kira-kira setengah dari semua pasien skizofrenik mendapatkan pengobatan, tidak
tergantung pada keparahan penyakit.2
Prevalensi skizofrenia diantara
orangtua dari anak-anak skizofrenia adalah kira-kira 8 persen, yang mendekati
dua kali prevalensi orang tua dari pasien skizofrenik onset dewasa. Skizofrenia
jarang di diagnosis pada anak-anak yang kurang dari 5 tahun; gangguan ini
sering di diagnosis pada remaja yang baru berusia lebih dari 15 tahun. Gejala
biasanya timbul secara perlahan-lahan dan kriteria diagnosis secara bertahap di
penuhi dengan berjalannya waktu. Kadang-kadang, onset skizofrenia adalah
tiba-tiba dan terjadi pada anak yang sebelumnya baik-baik saja. Skizofrenia
juga dapat didiagnosis pada anak-anak yang pernah mengalami kesulitan kronis
dan selanjutnya mengalami eksaserbasi yang bermakna.2
2.3
Etiologi
Walaupun penelitian
keluarga dan genetik memberikan bukti-bukti yang cukup banyak tentang peranan
biologis pada perkembangan skizofrenia, tidak ada petanda biologis yang
spesifik yang telah dikenali, dan mekanisme persis tentang transmisi
skizofrenia adalah tidak dimengerti. 3
Skizofrenia secara bermakna adalah
lebih menonjol diantara sanak saudara pertama mereka dengan skizofrenia
dibandingkan dengan populasi umum. Penelitian adopsi pada pasien skizofrenik
onset dewasatelah menunjukkan bahwa skizofrenik terjadi pada sanak saudara
biologis bukan pada saudara angkat. Pola transmisi genetik skizofrenia tetap
tidak diketahui tetapi, terlihat lebih banhyak beban genetik yang ditemukan
pada sanak saudara dari mereka dengan skizofrenia onset anak-anak dibandingkan
dengan sanak saudara dengan mereka dengan skizofrenia onset dewasa.3
2.4
Gejala Klinis
Perjalanan penyakit
Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan
fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala-gejala non spesifik
yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset
psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan,
fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri.
Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga
dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin
lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif
/ psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham,
halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada
fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang
spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan
diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal
tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala
yang terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami
gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa,
kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).4
Sebagian besar
penderita skizofrenia mengalami psikosis hanya untuk sebagian kecil hidupnya.
Yang khas, mereka lebih lama (bertahun-tahun) berada pada fae residual, yaitu
fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama periode fase residual
ini, pasien dapat mengisolasi diri atau menarik diri, dan “aneh”. Pemikiran dan
pembicaraan mereka tidak jelas dan di rasakan oleh orang lain sebagai sesuatu
yang aneh dan tidak da[at di mngerti, mereka yakin bahwa mereka mempunyai suatu
kekuatan dan sensitivitas khusus dan mempunyai pengalaman “mistik” dan psikis.4
2.5
Diagnosis
Berikut ini
merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia
berdasarkan PPDGJ III :
§ Harus
ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)1,9 :
i.
- “thought echo” : isi pikiran
dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan
isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” :
isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal) ; dan
- “thought broadcasting” : isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;1,9
ii.
- “delusion of control” : waham
tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar ; atau
- “delusion of passivitiy” : waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak
atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus) ;
- “delusional perception” =
pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasnya bersifatmistik atau mukjizat.1,9
iii.
Halusinasi auditorik :
-
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
-
Mendiskusikan perilaku pasien di antara mereka sendiri
(di antara berbagai suara yang berbicara)1,9
iv.
Waham menetap jenis
lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).1,9
§ Atau paling
sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
v.
Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja,
apabila disertai bai oeh waham yang menetap ataupun setegah berbentuk tanpa
kandunga afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over valued-ideas) yang metap, atau
apabila terjadi berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang ;
vi.
Arus pikiran yang tertutup (break) atau
mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme ;
vii.
Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh
gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing),
atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor ;
viii.
Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara
yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan
oleh depresi atau medikasi neuroleptika; 1,9
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). Harus
ada suatu perubahan ang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek
perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed
attitude), dan penarikan diri secara sosial.2
2.6
Terapi
§ Psikofarmaka5,6
Obat antipsikotik
yang paling lama
penggunannya disebut antipsikotik
konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional
sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik
konvensional antara lain :
1)
Haloperidol
2)
Thioridazine
3)
Thiothixene
4)
Fluphenazine
5)
Trifluoperazine
6)
Chlorpromazine
7)
Pherpenazine
Akbat
berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan
oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical
antipsycotic. Ada 2 pengecualian (harus dengan
antipsikotok konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik
konvensional tanpa efek samping yang
berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila
pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu
yang lama (long acting) dengan
interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation,
obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam
tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer
atypic antipsycotic.5,6
Obat-obat
yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya
berbda, serta sedikit
menimbulkan efek samping
bila dibandingkan dengan
antipsikotik konvensional. Beberapa
contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
o Risperdal (risperidone)
o Seroquel (quetiapine)
o Zyprexa (olanzopine)
Para ahli banyak yang merekomendasikan obat-obat
ini digunakan sebagai terapi untuk menangani pasien-pasien dengan Skizofrenia.
§
Psikoterapi
Psikoterapi
adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan
terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.3 da juga
yang mengatakan bahwa Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah
emosional seseorang pasien yan dilakukan oleh seseorang yang terlatih dalam
hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud menghilangkan, mengubah,
atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan
mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.8
Penggolongan psikoterapi secara umum adalah sebagai berikut :
ü
Psikoterapi individual
ü
Psikoterapi kelompok
ü
Psikoterapi keluarga
ü
Manajemen kasus
ü
Assertive Community Treatment
(ACT)
2.7
Psikoterapi Individual
Masalah
yang menyebabkan orang datang ke dokter untuk berobat berasal dari 2 kondisi, yang asal
kehidupan manusia di masa lalu dan masalah yang tampaknya berasal dari strees
dan tekanan pada masa sekarang yang melebihi kemampuan pengendalian secara
sadar pasien. Dinamika interpersonal dan intrapsikis sekarang kemungkinan
mendapatkan perhatian yang terbesar dalam terapi psikoanalitik, dan mendapatkan
perhatian yang lebih kecil dengan rekonstruksi terinci dari kehidupan masa lalu
pasien.6
Psikoanalisis dan
psioterapi analitik, adalah unik di antara terapi yang ada, memberikan kerangka
kerja teoritis dan klinis untuk meneliti perkembangan manusia dari sudut
motivasi, impuls, dan konflik perlekatan, keintiman, dan sifat harga diri.6
Berikut beberapa hal mengenai psikoterapi :
o
Psikoanalisis7
Pikiran dan peran yang berada dalam alam bawah sadar
dibawa ke dalam alam sadar. Psikoanalisis menekankan konflik antara dorongan
bawah sadar dan pertimbangan moral yang dimiliki pasien terhadap impuls yang
ada. Kebutuhan utama untuk melakukan psikoanalisis adalah integrasi yang
bertahap material yang sebelumnya direpresi ke dalam struktur kepribadian total.
Psikoanalisis merupakan proses yang berjalam lambat. Bila proses berjalan
terlalu cepat, pasien mungkin memandang analisis sebagai trauma yang baru.
Tugas analisis pada awalnya adalah untuk mempersiapkan pasien untuk menghadapi
material yang menimbulkan kecemasan yang telah diungkapkan.7
Psikoanalisis
biasanya membutuhkan waktu antara tiga dan enam tahun kadang lebih lama. Sesi
biasanya dilakukan empat atau lebih dalam seminggu, masing-masing selama 45 –
50 menit. Beberapa metoden dan macam psikoanalisis adalah :
1.
Asosiasi Bebas
Dalam asosiasi bebas, pasien mengatakan segala
sesuatu yang datang ke dalam pikirannya tanpa ada penyensoran. 7
2.
Perhatian Mengalir Bebas
Jawaban ahli analisis terhadap asosiasi bebas
pasien adalah cara mendengarkan yang khusus, yang dinamakan perhatian mengalir
bebas.7
3.
Aturan Abstinensi