A.
Latar
Belakang
Saat ini dalam setiap menit setiap
hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan, persalinan dan nifas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan
bahwa kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000 kematian setiap tahun
diantaranya 99 % terjadi di negara berkembang.
Indikator derajat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat adalah menurunkan angka kematian maternal dan
perinatal. Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih tinggi.
Hasil Survei Demografi Indonesia (SDKI) pada tahun 2003, Angka Kematian Ibu
(AKI) yaitu 307/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2004).
Kematian ibu menurut World Health
Organization (WHO) adalah kematian yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan
atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung
atau tidak langsung dari kehamilan atau persalinannya (Depkes, 1999). Penyebab
langsung kematian tersebut dikenal dengan Trias Klasik yaitu Perdarahan (28%),
eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak langsung antara
lain adalah ibu hamil menderita penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada
sebelum kehamilan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis,
anemia, malaria (SKRT, 2001). Penyebab tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan
pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang memadai (Manuaba, 2003).
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu pada
intervensi strategis “Empat Pilar Safe Mother Hood” yaitu; 1) Keluarga
berencana, 2) Pelayanan antenatal care, 3) Persalinan yang aman, 4) Pelayanan
obstetric essensial. Pilar yang kedua yaitu pelayanan antenatal care yang
bertujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi
dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, 2002).
Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor
resiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk
mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga
dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila
tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi
kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut
lekas diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik
terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care
(Winkjosastro, 2006).
Berdasarkan laporan cakupan
pemantauan wilayah setempat KIA di Puskesmas Pandanaran Kecamatan Semarang
Selatan pada bulan April 2011 target kunjungan ibu hamil K4 sebesar 93 %, target
resiko tinggi ibu hamil yang ditemukan oleh tenaga kesehatan 20 %, target
resiko tinggi ibu hamil dalam masyarakat
10 %, target persalinan 92 %, target nifas 90 % dan target neonatus 92 %. Dengan
ketidakpatuhan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya dan masih banyak ibu
resiko tinggi yang tidak terdeteksi dikhawatirkan akan menjadi penyebab
tingginya angka kematian ibu dan bayi (Profil Dinkes, 2005).
Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan
kehamilan dapat menyebabkan tidak dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu
yang dapat mempengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera
dapat diatasi. Deteksi saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan
pengendalian resiko (Manuaba, 1999). Apalagi ibu hamil yang tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan
dengan baik atau mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetri yang
dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat menyebabkan morbiditas
dan mortalitas yang tinggi ( Saifuddin, 2002).
Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap tingginya angka kamatian ibu adalah sikap dan perilaku ibu itu sendiri
selama hamil dan didukung oleh pengetahuan ibu terhadap kehamilannya. Beberapa
faktor yang melatar belakangi resiko kematian ibu tersebut adalah kurangnya
partisipasi masyarakat yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah, kemampuan
ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung.
Jika ditarik lebih jauh beberapa
perilaku tidak mendukung tersebut juga bias membawa resiko (Elverawati, 2008).
Faktor lain seperti usia ibu ketika hamil dan melahirkan, Ibu yang terlalu muda
(kurang dari 20 tahun) dan terlalu tua (di atas 35 tahun), Frekuensi melahirkan
telah empat kali melahirkan atau lebih dan jarak antar kelahiran atau
persalinan kurang dari 24 bulan, termasuk kelompok yang berisiko tinggi dan
menambah peluang kematian ibu semakin besar (Sumarjati, 2005).
Apabila seorang ibu hamil memiliki
pengetahuan yang lebih tentang resiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar
ibu akan berpikir untuk menentukan sikap, berperilaku untuk mencegah,
menghindari atau mengatasi masalah resiko kehamilan tersebut. Dan ibu memiliki
kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya,
sehingga apabila terjadi resiko pada masa kehamilan tersebut dapat ditangani
secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga dimaksudkan untuk dapat
membantu menurunkan angka kematian ibu yang cukup tinggi di Indonesia dan
diharapkan pada tahun 2010 angka kematian ibu bisa menjadi 125 per 100.000
kelahiran hidup (Depkes, 2004).
Dari hasil pencatatan kunjungan ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Pandanaran Kota Semarang pada tahun 2011 masih
didapatkan ibu hamil dengan resiko tinggi pada bulan april berjumlah 8 jiwa dan
6 jiwa dirujuk ke Rumah Sakit, jumlah ibu hamil dengan umur < 20 th 4 jiwa dan
umur > 35 th sebanyak 2 jiwa, jumlah ibu hamil dengan LILA < 23,5 cm
sebanyak 7 jiwa, jumlah ibu hamil dengan TB < 145 cm sebanyak 1 jiwa, jumlah
ibu hamil dengan Hb < 8 g %/< 11 g % sejumlah 8 jiwa. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian tentang resiko tinggi ibu hamil pada wilayah kerja Puskesmas
Pandaran Kota Semarang.
B.
Tujuan Umum
- Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan mampu
mendeskripsikan tentang resiko tinggi pada ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas
Pandanaran Kota Semarang Tahun 2011.
- Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa
mampu menjelaskan faktor Lingkungan yang mempengaruhi resiko tinggi pada ibu
hamil.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor Perilaku yang
mempengaruhi resiko tinggi pada ibu hamil.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor Pelayanan
Kesehatan yang mempengaruhi resiko tinggi pada ibu hamil.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor Kependudukan
yang mempengaruhi resiko tinggi pada ibu hamil.
5. Mahasiswa mampu memberikan pemecahan masalah
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi resiko tinggi pada ibu hamil.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A.
Kehamilan
Kehamilan adalah kondisi dimana
seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada
umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9
bulan, dihitung dari awal periode menstruasi. Kehamilan merupakan suatu proses
reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik
kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat
dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat
menjadi berisiko tinggi.
Faktor resiko pada ibu hamil seperti
umur terlalu muda atau tua, banyak anak, dan beberapa faktor biologis lainnya
adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan
kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin
terjadi penyebab langsung kematian ibu, misalnya pendarahan melalui jalan
lahir, eklamsia, dan infeksi.
a.
Tanda dan Gejala Awal
Kehamilan
Tanda dan gejala pada masing-masing
wanita hamil berbeda-beda. Ada
yang mengalami gejala-gejala kehamilan sejak awal, ada yang beberapa minggu
kemudian, atau bahkan tidak memiliki gejala kehamilan dini. Namun, tanda yang
pasti dari kehamilan adalah terlambatnya periode menstruasi. Selain itu
didapatkan tanda-tanda nyeri atau payudara yang terasa membesar, keras,
sensitif dengan sentuhan. Tanda ini muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah
konsepsi (pembuahan).
Dalam waktu 2 minggu setelah
konsepsi, payudara seorang wanita hamil akan mengalami perubahan untuk
persiapan produksi ASI yang dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron.
Mual pagi hari (morning sickness) umum terjadi pada triwulan pertama. Meskipun
disebut morning sickness, namun mual dan muntah dapat terjadi kapan saja selama
kehamilan. Penyebab mual dan muntah ini adalah perubahan hormonal yang dapat
memicu bagian dari otak yang mengontrol mual dan muntah. Gejala ini dialami
oleh 75% wanita hamil.
Mudah lelah, lemas, pusing, dan
pingsan adalah gejala kehamilan yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah
dalam kehamilan atau kadar gula. Sakit kepala pada umumnya muncul pada minggu
ke-6 kehamilan yang disebabkan oleh peningkatan hormon. Konstipasi (sulit BAB)
terjadi karena peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan kontraksi usus
menjadi lebih pelan dan makanan lebih lambat Perubahan mood karena pengaruh hormon.
Bercak perdarahan. Terjadi ketika telur yang sudah dibuahi berimplantasin
(melekat) ke dinding rahim sekitar 10-14 hari setelah fertilisasi (pembuahan).
Tipe perdarahan umumnya sedikit, bercak bulat, berwarna lebih cerah dari darah
haid, dan tidak berlangsung lama.
b.
Suplemen yang dianjurkan
selama kehamilan
1.
Asam folat
Asam folat yang dikonsumsi sebelum hamil dan selama
kehamilan melindungi dari gangguan saraf pada janin (anensefali, spina bifida).
Wanita hamil disarankan mengkonsumsi asam folat 400 μg/hari selama 12 minggu
kehamilan karena kebutuhan asam folat tidak dapat dipenuhi hanya dari.
2. Zat besi
Zat besi adalah
komponen utama dari hemoglobin yang bekerja mengangkut oksigen di dalam darah.
Selama kehamilan, suplai darah meningkat untuk memberikan nutrisi ke janin.
Suplemen besi yang dibutuhkan adalah 30 – 50 mg/hari dan disarankan pada wanita
hamil dengan hemoglobin < 10 atau 10,5 g/dl pada akhir kehamilan. Selain
suplemen, zat besi juga terkandung pada daging, telur, kacang, sayuran hijau,
gandum, dan buah-buahan kering.
3.
Kalsium
Kalsium penting di dalam mengatur kekuatan tulang wanita
hamil dan pertumbuhan tulang bagi janin. Kalsium yang disarankan sebanyak 1.200
mg untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin.
- Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal care)
Antenatal care adalah cara penting
untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu
dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut
pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan oleh tenaga profesional yaitu
dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat
bidan. Untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil sebaiknya dianjurkan
mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal.
Bidan melakukan pemeriksaan klinis
terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE (Komunikasi, Informasi,
Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan
Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan
pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan, untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian
pelayanan minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan
2 kali pada triwulan ketiga.
Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala
dan teratur sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas
kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai :
1.
Aspek kesehatan dari ibu dan
janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan janin dalam kandungan,
kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah persalinan.
2.
Aspek psikologi, agar dalam
menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil mendapatkan rasa aman, tenang,
terjamin dan terlindungi keselamatan
3.
Aspek sosial ekonomi, ibu hamil
dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya tergolong dalam kelompok gizi kurang,
anemia, penyakit menahun. Ibu resiko tinggi atau ibu dengan komplikasi
persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan transportasi
untuk rujukan ke rumah sakit.
Pada dasarnya pemeriksaan kehamilan
pada ibu hamil terutama TM III adalah 14 T pemeriksaan ANC dapat kami sajikan
dalam bagian berikut :
1. Tanya dan sapa
2. Ukur TB dan BB
3. Temukan kelainan
4. Ukur TD
5. Teknik perawatan payudara
6. Ukur TFU
7. Tes leopold
8. Tes laboratorium
9. Tes hati dan limfa
10. Berikan tablet Fe
11. Berikan imunisasi TT lengkap
12. Tingkatkan senam hamil
13. Tingkatkan pengetahuan ibu
14. Temuwicara
- Tujuan Pemeriksaan
Kehamilan
Tujuannya adalah menyiapkan seoptimal
mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan
nifas. Dengan pemeriksaan kehamilan dapat mengenali dan menangani faktor resiko
yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas, mengobati
penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin, menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas anak, memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup
sehari-hari, keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi, dan
juga mengembalikan fungsi reproduksi ibu.
- Kehamilan
Dengan Resiko Tinggi
Yaitu Ibu Hamil yang mengalami
risiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan,
bila dibandingkan dengan Ibu Hamil yang normal. Dalam hal ini dapat dibedakan
antara faktor resiko ibu hamil dan resiko tinggi ibu hamil.
Yang
dimaksud faktor resiko secara umum dapat dibagi menjadi :
-
Faktor resiko rendah atau keadaan normal
-
Faktor resiko sedang ialah faktor-faktor yang tidak langsung menimbulkan
kematian, namun perlu pengawasan serta perawatan profesional
-
Faktor resiko tinggi ialah faktor-faktor yang merupakan penyebab erat
dengan kematian ibu atau bayi yang harus ditujuk kerumah sakit yang mampu
menanganinya
Sedangkan
yang termasuk Ibu Hamil dengan Resiko Tinggi yaitu :
-
Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
-
Bentuk panggul ibu yang tidak normal
-
Badan Ibu kurus pucat
-
Umur Ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
-
Jumlah anak lebih dari 4 orang
-
Jarak kelahiran anak kurang dari 2 tahun
-
Adanya kesulitan pada kehamilan atau persalinan yang lalu
-
Sering terjadi keguguran sebelumnya
-
Kepala pusing hebat
-
Kaki bengkak
-
Perdarahan pada waktu hamil
-
Keluar air ketuban pada waktu hamil
Bahaya
yang dapat ditimbulkan akibat Ibu hamil dengan resiko tinggi :
-
Bayi lahir belum cukup bulan
-
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
-
Keguguran (abortus)
-
Persalinan tidak lancar/macet
-
Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan
-
Janin mati dalam kandungan
-
Ibu hamil / bersalin meninggal dunia
-
Keracunan kehamilan / kejang-kejang
- Kehamilan Resiko Tinggi Usia Muda
Kehamilan usia dini memuat resiko
yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah
tegang. Sementara kecacatan bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan,
adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya
(Ubaydillah, 2000).
- Faktor Yang Berhubungan Dengan Resiko Tinggi pada Kehamilan
Menurut penelitian Wibowo di Bogor
tahun 1992 yang dikutip oleh Murniati, ditemukan bahwa terdapat 6 variabel
penentu yang berhubungan secara bermakna dengan pemanfaatan pelayanan
antenatal, yaitu: faktor akses terhadap pelayanan (jarak, tempat, waktu),
faktor sosial ibu hamil ( pendidikan, pengetahuan, sikap), faktor keadaan
ekonomi keluarga, faktor reproduksi ibu hamil (paritas, jarak kelahiran),
faktor kondisi kesehatan ibu hamil, faktor pencarian pengobatan.
1. Umur
Umur mempunyai pengaruh terhadap
kehamilan dan persalinan ibu. Usia yang kemungkinan tidak resiko tinggi pada
saat kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-35 tahun, karena pada usia tersebut
rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu
merawat bayi dan dirinya. Sedangkan umur < 20 tahun dan > 35 tahun
merupakan umur yang resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan.
Dengan demikian diketahui bahwa umur
ibu pada saat melahirkan turut berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas
ibu maupun anak yang dilahirkan. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun rahim
dan bagian tubuh lainnya belum siap untuk menerima kehamilan dan cenderung kurang
perhatian terhadap kehamilannya. Ibu yang berumur 20-35 tahun rahim dan bagian
tubuh lainnya sudah siap untuk menerima dan diharapkan untuk memerhatikan
kehamilannya. Ibu yang berumur lebih dari 35 tahun rahim dan bagian tubuh
lainnya fungsinya sudah menurun dan kesehatan tubuh ibu tidak sebaik saat
berumur 20-35 tahun.
Menurut penelitian di Surabaya desain
cross sectional yang dilakukan Heriati tahun 2008 menemukan sebanyak 83,3%
kelompok umur ibu beresiko tinggi (< 20 tahun dan > 35 tahun) memeriksakan
kehamilannya. Menurut penelitian Ari Mugiarti di Kecamatan Batealit Jepara
tahun 2008 dengan desain cross sectional, ada hubungan antara umur dengan
pemeriksaan kehamilan (p=0,02).28
2. Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan sangat
mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta
solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak
lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah
menerima gagasan baru. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi
akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan kesehatan
dirinya dan anak dalam kandungannya.
Sesuai dengan penelitian di Surabaya
dengan desain cross sectional yang dilakukan Heriati tahun 2008 menemukan
sebanyak 75% ibu dengan tingkat pendidikan tinggi memeriksakan kehamilannya.
Menurut penelitian Rizki Anna Lestari tahun 2006 di Tegal dengan desain cross
sectional, ada hubungan antara pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan
(p=0,006).30
3. Pekerjaan
Bila seorang ibu ikut membantu
penghasilan dalam rumah tangga maka pada saat hamil mereka lebih banyak
mengeluarkan tenaga dan pikiran maka efeknya dapat berpengaruh pada pemeriksaan
kehamilan. Pekerjaan sangat menentukan terhadap seseorang untuk berbuat sesuatu
kegiatan. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan ibu. Dengan banyak kesibukan
maka ibu kadang-kadang lupa untuk melakukan pemeriksaan kehamilan tepat waktu.
Namun pekerjaan bukanlah penghambat dalam bertindak, bila ada kemauan ataupun
ibu memiliki pengetahuanyang baik terhadap kesehatan maka ia akan berusaha
untuk melakukan tindakan dalam hal ini memeriksakan kehamilannya.
4. Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi(>dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas maka lebih
tinggi resiko komplikasi dan kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat
ditangani dengan asuhan _bstetric lebih baik, sedangkan resiko pada paritas
tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan KB. Menurut penelitian Sadik pada
tahun 1996 yang dikutip oleh Henri Perangin-angin, Ibu hamil yang mempunyai
anak kurang dari 3 orang memeriksakan kehamilannya sekitar 58,9% sedangkan Ibu
hamil yang mempunyai anak 3 orang atau lebih memeriksakan kehamilannya 35,6%.
Jadi ibu hamil dengan jumlah anak lebih sedikit cenderung akan lebih baik dalam
memeriksakan kehamilannya daripada Ibu hamil dengan jumlah anak lebih banyak.
5. Pengetahuan
Menurut Bloom yang dikutip dalam
Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai
insentitas atau tingkat yang berbeda-beda.Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau
melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Pengetahuan disini yang
dimaksud adalah pengetahuan ibu mengenai kehamilan. Bila pengetahuan mereka
sudah baik terhadap perawatan kandungan maka kepatuhan seseorang untuk
memeriksakan kehamilannya juga akan dapat terjaga. Apabila pengetahuan belum
sepenuhnya dimiliki maka untuk mengikuti anjuran untuk memeriksakan
kehamilannya kurang dapat terwujud.
Sesuai dengan penelitian di Surabaya
dengan desain cross sectional yang dilakukan Heriati tahun 2008 menemukan
sebanyak 56,9% ibu dengan pengetahuan baik memeriksakan kehamilannya. Menurut
penelitian Murniati di Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2007, ada hubungan
antara pengetahuan dengan pemeriksaan kehamilan dengan nilai p =0,01
(p<0,05).
B.
KEK
(Kurang Energi Kronis)
a. Definisi
Kekurangan Energi Kronis (KEK)
adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan
protein) yang berlangsung lama atau menahun. Resiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan
menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita resiko KEK bilamana LILA < 23,5
cm. Seorang ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR.
Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak.
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera ditindak lanjuti sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi Kalori dan
Tinggi Protein dan dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi Sering.
Penambahan 200-450 Kalori dan 12-20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah
angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin.
Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai
dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana
terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah
dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah. Pada keadaan normal hal tersebut
dapat diatasi dengan pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi
kurang bukan saja membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin
dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan
protein hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari
tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya anemia besi.
Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode
tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah
dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan
karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang
baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein
dalam jumlah yang cukup, atau juga disebabkan menderita muntaber atau penyakit
kronis lainnya.
Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan
ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat
yang dapat digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan wanita hamil.
Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan
selama hamil. Wanita Usia Subur (WUS) adalah calon ibu yang penting untuk
diketahui status gizinya. Salah satu ukuran untuk mengetahui resiko KEK (kurang
energi kronis) pada WUS adalah ukuran lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 cm.
b. Deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK) :
o Dilakukan setiap tahun
dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan memakai pita LILA
o Pada Remaja Putri/Wanita
yang LILA-nya < 23,5 cm berarti menderita Resiko Kurang Energi Kronis (KEK),
yang harus dirujuk ke Puskesmas / sarana pelayanan kesehatan lain, untuk
mendapatkan konseling dan pengobatan.
o Pengukuran LILA dapat
dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri, kader atau pendidik.
Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di Puskesmas (Pojok
Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas kesehatan / gizi yang datang ke
sekolah, pesantren dan temoat kerja.
o Hal-hal yang harus
diperhatikan :
§ Pengukuran dilakukan di
bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.
§ Lengan harus dalam
posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau
kencang
§ Alat pengukur dalam
keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat, sehingga
permukaannya sudah tidak rata.
c. Pencegahan KEK
Makan-makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein
termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan
yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu
sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan
pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori, terutama pada anak-anak atau
remaja yang tidk terlalu suka makan.
C. ANEMIA PADA IBU HAMIL
1. Definisi
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2002).
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis
pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazin disebut Hidermia
atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan
dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan
tersebut tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30 %, sel darah 18 % dan
haemoglobin 19 %. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak
kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36
minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk
membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Safuddin,
2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai
berikut :
a.
Kurang gizi (malnutrisi)
b.
Kurang zat besi dalam diit
c.
Malabsorpsi
d.
Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
e.
Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan
lain-lain.
2. Gejala anemia pada ibu hamil
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun
(anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan
mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
3. Klasifikasi anemia pada kehamilan
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai
berikut :
a.
Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan
dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a)
Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat,
fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat
menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr % / bulan. Saat ini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia (Saifuddin, 2002).
b)
Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita ntidak tahan akan zat
besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau
masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral
dengan ferum dextran sebanyak 1000mg intravena atau 2x10 ml/IM pada gluteus,
dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakkan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal
2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan
sachli dapat digolongkan sebagai berikut :
1.
Hb 11 gr % : tidak anemia
2.
Hb 9-10 gr% : anemia ringan
3.
Hb 7-8 gr% : anemia sedang
4.
Hb < 7 gr% : anemia berat
Kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 580 - 1340
mg, dan 440 – 1050 mg diantarannya akan hilang dalam tubuh pada
saat melahirkan (hilman, 1996). Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu
hamil,memerlukan rata – rata 3,5 – 4 mg zat besi perhari. Kebutuhan ini akan
meningkat secara signifikan dalam trimester terakhir, yaitu dari rata – rata
2,5 mg / hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg / hari. (Sue jordan.2004)
Zat besi yang tersedia dalam makanan
berkiosar dari 0,9 hingga 1,8 mg / hari dan ketersediaan ini bergantung pada
kecukupan dietnya. Karena itu pemenuhan kebutuhan pada ke hamilan memerlukan mobilisasi simpanan
zat besi dan peningkatan absorpsi zat besi.(Suejordan.2004)
a. Anemia Megaloblastik
a. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang
sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya
:
a)
Asam folik 15-30 mg per hari
b)
Vitamin B12 3x1 tablet per hari
c)
Sulfas ferosus 1x1 tablet per hari
d) Pada kasus berat dan
pengobatan per oral hasilnya sehingga dapat diberikan transfusi darah.
b.
Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk
sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi eksternal dan
pemeriksaan retikulosi.
c.
Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi
bila terjadi kelainan pad organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya.
Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat
penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi
hasil. Sehingga tranfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
4. Efek anemia pada ibu hamil, bersalin dan nifas
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini
harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan
dapat mengakibatkan :
Abortus,
Missed Abortus dan kelainan kongenital.
Anemia pada
kehamilan trimester II dapat menyebabkan :
·
Persalinan prematur
·
Perdarahan antepartum
·
Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
·
Asfiksia aintrauterin sampai kematian
·
BBLR
·
Gestosis dan mudah terkena infeksi
·
IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian
Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun
sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang
disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan :
tonia uteri, retensio placenta, perlukaam sukar sembuh, mudah terjadi febris
puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
D. SOP Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas
Pandanaran
Prosedur : pelayanan kesehatan ibu hamil (ANC)
- Tujuan : pelayanan kesehatan bumil di puskesmas
- Ruang lingkup : pelayanan kesehatan bumil sejak dini sampai aterm
- Uraian umum : pelayanan kesehatan bumil ádalah pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan lepada ibu hamil sejak dini sampai aterm sesuai
stándar
PROSEDUR :
- Anamnesa :
- Identitas
ibu
i.
Nama
ibu
ii.
Umur
ibu
iii.
Pekerjaan
ibu
iv.
Nama
suami
v.
Umur
waktu nikah
vi.
Pendidikan
ibu
vii.
Golongan
darah ibu
viii.
Alamat
ix.
Umur
suami
x.
Pekerjaan
suami
- Riwayat
kesehatan keluarga
i.
Riwayat
kehamilan sebelumnya GPA
ii.
Rencana
persalinan pada kehamilan sekarang
- Timbang badan, Tb, Pengukuran Lila
dan Pengukuran Panggul
- Timbang
badan
i.
Siapkan
timbangan pada titik 0
ii.
Persilahkan
ibu berdiri tegak tanpa alas kaki pandangan lurus
iii.
Catat
dan beritahu berat badan ibu
- Cara
mengukur TB
i.
Siapkan
alat pengukur TB
ii.
Pasien
melepas alas kaki dan berdiri pada alat ukur
iii.
Posisi
kepala menghadap kedepan
iv.
Petugas
berdiri disamping pasien membaca tinggi
v.
Dicatat
dalam buku KIA
- Cara
mengukur Lila
i.
Beritahu
ibu untuk diukur lengan atasnya
ii.
Lengan
bahu kiri dibuka, siku dilipat
iii.
Pita
Lila direnggangkan sampai keujung siku, tentukan bagian tengah pita
iv.
Buatlah
lingkaran lengan diatas bagian tengah lengan
v.
Tentukan
besar lingkar lengan
vi.
Beritahukan
ibu hamil : normal atau kurang
vii.
Catat
di buku KIA
- Cara
mengukur panggul
i.
Distansia
spinarum yaitu jarak antar spina iliaka anterior superior kanan dan kiri (23-26
cm)
ii.
Distansia
kristarum yaitu jarak terjauh antara sina ilika kanan dan kiri 926-29 cm)
iii.
Konjugata
eksterna atau ukuran Boudeloque yaitu : jarak antara tepi atas simpisis dan
prosesus spinosus L. V 9tulang pinggang ke V) (18-20 cm)
- Vital sign
- Cara
mengukur suhu
i.
Siapkan
termometer dengan air raksa pada angka 35 derajat celcius
ii.
Penderita
dibaringkan ditempat tidur, ketiak dibersihkan
iii.
Termometer
diselipkan diketiak pasien dengan ujung air raksa di puncak aksila, tunggu
10-15 menit
iv.
Kemudian
termometer diambil dandibaca hasilnya
v.
Catat
dan diberitahukan hasilnya
- Cara
mengukur nadi
i.
Posisi
penderita dalam keadaan berbaring
ii.
Pegang
pergelangan tangan, raba arteri radialis
iii.
Hitung
frekuensi nadi dalam 1 menit dan catat hasilnya
- Cara
mengukur pernapasan
i.
Penderita
dalam keadaan tenang
ii.
Hitung
nafas dalam 1 menit
iii.
Catat
hasilnya
- Cara
mengukur KU
i.
Tingkat
kesadaran
- Cara
mengukur tekanan darah
i.
Beritahukan
ibu untuk pmeriksaan tekanan darah
ii.
Posisi
duduk, tensimeter diletakkan setinggi jantung (bila berbaring, posisi miring ke
kiri/tidak terlentang)
iii.
Lengan
bju kiri disingsing sapai batas nbahu, tidak boleh menekan harus longgar
iv.
Manset
dipasang 3 jari diatas lipatan siku (jangan terlalu kencang atau kendor)
v.
Kedua
pipa karet persis berada pada arteri brachialis dan tidak menutup siku
vi.
Air
raksa/jarum pengukur berada pada angka nol
vii.
Air
raksa dipompa perlahan sampai 10 mmHg dari batas bunyi
viii.
Turunkan
air rksa perlahan sampai terdengan bunyi pertama (systole) teruskan sampai
terdengan bunyi terakhir (dyastole)
ix.
Tentukan
tekanan darah ibu, catat di buku KIA dan beritahukan
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan
muka
i.
Beritahu
ibu untuk pemeriksaan muka, kulit muka, bibir, selaput lendir kelopak mata
ii.
Pemeriksaan
gigi (berlobang, caries)
- Pemeriksaan
leher
i.
Beritahu
ibu untuk pemeriksaan leher
ii.
Pembesaran
vena leher
Pemeriksaan tiroid
·
Pemeriksa
berada di depan ibu, kemudian perhatikan apakah terdapat pembesaran pada leher
bgian depan ketika kepala pada posisi biasa dan ketika kepala pada posisi
tengadah
·
Pemeriksa
berada di belakang ibu, raba leher bagian depan (pada kelenjta tiroid),
kemudian ibu diminta menelan, tentukan apakah kelenjar tiroid teraba atau tidak
- Pemeriksaan
payudara
i.
Beritahu
ibu untuk pemeriksaan payudara
ii.
Palpasi
untuk menemukan benjolan
·
Tekan
telapak tangan pada sisi luar payudara
kiri kanan bergeser secara perlahan menuju puting, rasakn apakah ada benjolana
atau tidak
·
Ulangi
dari sisi bagian dalam kearah puting payudara kiri
·
Lakukan
yang sama pada payudara kanan
·
Beritahukan
ibu hasilnya
iii.
Periksa
puting susu
·
Tertarik
kedalam
·
Retak-retak
·
Perhatikan
cairan yang keluar dari puting susu
- Pengukuran
tinggi fundus uteri
i.
Beritahukan
ibu untuk pemeriksaan tinggi fundus uteri
ii.
Beritahuakn
ibu gunanya pemeriksaan
iii.
Tentukan
batas atas simpisi pubis dengan ujung jari tangan kanan
iv.
Tanpa
merubah posisi ujung pita pengukur pada batas atas simpisis pubis, ditahan
dengan ujung jari kanan
v.
Tentukan
tinggi fundus uteri
vi.
Butakan
tanda pada grafidograf (kurve kehamilan)
vii.
Tentukan
pertumbuhan janin
viii.
Beritahukan
ibu tentang pertumbuhan janinnya
- Menentukan
letak janin
i.
Leopold
I
·
Beritahu
ibu untuk pemeriksaan letak janin
·
Pemeriksa
menghadap ibu
·
Letakkan
kedua telapak tangan pada kedua sisi fundus uteri
ii.
Leopold
II
·
Kedua
telapak tangan meraba sisi rahim
·
Rahim
didorong kesatu sisi sambil meraba bagian janin yang berada disisi tersebut
·
Lakukan
kesisi lain dan tentukan letak punngung janin
iii.
Leopold
III
·
Tangan
kanan diletaakan diatas simpisis dengan ibu jari disebalah kanan ibu dan empat
jari disebelah kiri ibu sambil menggoyang baian bawah janin kekiri dan kekanan
·
Tentukan
letak bagian bawah janin
iv.
Leopold
IV
·
Pemeriksaan
membelakangi ibu
·
Kedua
telapak tangan meraba bagian janin yang terletak disebelah bawah dan seberapa
jauh bagian tersebut telah masuk kedalam pintu atas panggul
·
Tentukan
bagian janin yang berada dibawah
·
Perkirakan
apakah ada disporposi kepala janin dengan panggul
·
Tentukan
seberapa jauh bagian janin tersebut telah masuk pintu atas panggul dan
beritahukan ibu hasilnya
- Pemeriksaan
denyut jantung
i.
Beritahu
ibu untuk pemeriksaan denyut jantung janin
ii.
Posisi
pemeriksa menghadap kepala ibu
iii.
Monoskop/stetoskop
monokuler phonedoskop diletakkan tegak lurus du bagian punggung janin sambil
raba denyut nadi ibu pada pergelangan tangan
iv.
Bedakan
denyut jantung dengan nadi ibu, hitung denyut jantung janin dalam satu menit
v.
Tentukan
normal atau tidak (lambat/cepat) beritahukan hasilnya
- Periksa
daerah perut
i.
Beritahukan
ibu untuk pemeriksaan perut
ii.
Perabaan
pada daerah hati dilanjutkan pada daerah limpa
iii.
Beritahukan
ibu hasilnya
- Periksa
oedem tungkai
i.
Beritahukan
ibu untuk pemeriksaan oedem tungkai
ii.
Ibu
jari menekan tulang kering sesaat
iii.
Tentuakan
apakah ada oedem atau tidak, beritahukan hasilnya
iv.
Perkusi
daerah ginjal
- Periksa
reflek lutut ibu
i.
Beritahukan
ibu tentang proses dan maksud pemeriksaan untuk mengukur refleks
ii.
Ibu
dianjurkan duduk dengan kaki tergantung dan santai
iii.
Alihkan
perhatian ibu agar tidak berkonsentrasi pada lutut
iv.
Ketok
bawah lutut yaitu pada bagaian tendon bawah tempurung lutut dengan refleks
hammer
v.
Tentukan
refleks positif/negatif kuat dan cepat, beritahukan hasilnya
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab standar
·
Hb
(tiap trisemester)
·
Pemeriksaan
lab lain sesuai indikasi
- Penentuan faktor resiko
- Tentukan
apakah ada faktor resiko
i.
Primigravida
kurang dari 20 tahun/lebih dari 30 tahun
ii.
Anak
lebih dari 4
iii.
Jarak
persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 38 kg
iv.
LILA
kurang dari 23,5 cm
- Tentukan
apakah da resiko tinggi
i.
Hb
kurang dari 11 gr %
ii.
Oedem
nyata
iii.
Ketuban
pecah dini
iv.
Infeksi
berat/sepsis
v.
Penyakit
kronis pada ibu (jantung, paru, ginjal dll)
vi.
Riwayat
obstertri buruk (cesar, komplikasi kehamilan)
vii.
Hipertensi
(> 140/90 mmHg)
viii.
Eklampsi
ix.
Letak
sunsang pada primigravida
x.
Kehamilan
ganda
xi.
Janin
besar
xii.
Perdarahan
pervaginam
- Konseling
Sesuai keadaan pasien
- Pengobatan
- Pemberian
tablet tambah darah/Fe
- Pemberian
imunisasi
- Rujuk
Bila ditemukan faktor resiko
E.
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi
- Tujuan :
·
Terdatanya
semua ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di rumah ibu hamil agar diketahui :
- Lokasi tempat tinggal ibu hamil
- Identitas ibu hamil
- Taksiran persalinan
- Penolong persalinan, pendamping persalinan
dan fasilitas tempat persalinan
- Calon donor darah, transportasi yang
akan digunakan serta pembiayaan
- P4K dengan stiker (Program Unggulan)
·
Adanya
perencanaan persalinan termasuk rencana pemakaian KB pasca persalinan yang sesuai
indikasi dan disepakati ibu hamil dan suami
·
Terlaksananya
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi selama
kehamilan, persalinan dan nifas
·
Adanya
dukungan dari tokoh masyarakat kader dan dukun
- Pelaksanaan P4K di tingkat
Desa dan Kelurahan
·
Mendata semua ibu hamil di wilayah desa atau kelurahan dengan bantuan
kader
·
Pasang dan isi stiker P4K, yang dilaksanakan oleh kader atau dukun atau
langsung diberikan oleh petugas kesehatan kepada ibu hamil pada waktu mendapat
pelayanan antenatal baik di Posyandu maupun fasilitas kesehatan
·
Semua ibu hamil yang tercatat harus mendapat pelayanan antenatal dan
membuat kesepakatan dengan suami atau keluarga tentang amanah persalinan dan
melengkapi stiker, bila perlu kunjungan ke rumah
·
Catat hasil pelayanan kesehatan ibu
o Kartu ibu
o Kohort ibu (tinggal di fasilitas
kesehatan)
o Buku KIA (dibawa oleh ibu hamil)
·
Pantau secara intensif kondisi/kesehatan ibu, terutama terhadap
tanda-tanda persalinan dan tanda bahaya kehamilan
·
Pastikan semua ibu hamil mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, pelayanan nifas dan pelayanan keluarga berencana sesuai standar
·
Diskusikan dengan kepala desa atau tokoh masyarakat tentang dukungan
masyarakat terhadap pelaksanaan tabulin, donor darah dan transportasi untuk
rujukan.
·
Mencatat semua hasil pelayanan kesehatan ibu termasuk kematian ibu dan
kematian bayi baru lahir di wilayah desa atau kelurahan (termasuk dokter dan
bidan praktek swasta)
·
Melaporkan hasil tersebut setiap bulan ke puskesmas