11 orang yang mecoba mengejar mimpi menjadi seorang dokter yang sukses

Friday, July 13, 2012

KATARAK


II. 1 Anatomi lensa
  • Lensa berasal dari lapisan ektoderm , merupakan  struktur yang transparan berbentuk cakram bikonveks yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi.
  • Lensa tidak memiliki suplai darah ( avaskular) atau inervasi setelah perkembangan janin dan hal ini bergantung pada aqueus humor untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya serta membuang sisa metabolismenya.
  • Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreous. Posisinya dipertahankan oleh zonula Zinnii yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar.








GAMBAR 1. LENSA
  • Lensa terdiri dari kapsula, epitelium lensa, korteks dan nukleus.
     GAMBAR 2. STRUKTUR LENSA




  • Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir, ukurannya sekitar 6,4 mm pada bidang ekuator, dan 3,5 mm anteroposterior serta memiliki berat 90 mg.
  • Pada lensa dewasa berukuran 9 mm ekuator dan 5 mm anteroposterior serta memiliki berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari korteks meningkat seiring usia. Pada saat yang sama, kelengkungan lensa juga ikut bertambah, sehingga semakin tua usia lensa memiliki kekuatan refraksi yang semakin bertambah. Namun, indeks refraksi semakin menurun juga seiring usia, hal ini mungkin dikarenakan adanya partikel-partikel protein yang tidak larut. Maka, lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau miopik tergantung pada keseimbangan faktor-faktor yang berperan.
  • struktur lensa terdiri dari:
    • Kapsula
§  Kapsula lensa memiliki sifat yang elastis, membran basalisnya yang transparan terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh sel-sel epitelial. Kapsula terdiri dari substansi lensa yang dapat mengkerut selama perubahan akomodatif.
§  Lapis terluar dari kapsula lensa adalah lamela zonularis yang berperan dalam melekatnya serat-serat zonula.
§  Kapsul lensa tertebal pada bagian anterior dan posterior preekuatorial dan tertipis pada daerah kutub posterior sentral di mana memiliki ketipisan sekitar 2-4 mmKapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul posterior dan terus meningkat ketebalannya selama kehidupan.
§  Pinggie lateral lensa disebut ekuator , yaitu bagian yang dibentuk oleh gabungan capsule anterior dan posterior yang merupakan insersi dari zonula.

    • Serat zonula
Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat zonula ini memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu. Seiring usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis anterior dan posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan melintang dari cincin zonula

    • Epitel Lensa
      • Terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa
      • terdiri dari sel-sel epithelial yang mengandung banyak organel sehingga Sel-sel ini secara metabolik ia aktif dan dapat  melakukan semua aktivitas sel normal termasuk biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid . sehingga dapat  menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi dari lensa.
      • Sel epitel akan menggalami perubahan morfologis ketika sel-sel epitelial memanjang membentuk sel serat lensa. yang sering disertai dengan peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria, dan ribosom.
      •  Hilangnya organel-organel ini sangat menguntungkan, karena cahaya dapat melalui lensa tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel ini.
      • Tetapi dengan hilangnya organel maka fungsi metabolikpun akan hilang sehingga serat lensa bergantung pada energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis

Ket :
- CZ : sentral lensa
- PZ:  preequator
- EZ : equator




                       

    • Korteks dan Nukleus
Tidak ada sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru diletakkan, sel-sel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja dibentuk dengan lapisan tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian tertua dari ini adalah nukleus fetal dan embrional yang dihasilkan selama kehidupan embrional dan terdapat pada bagian tengah lensa. Bagian terluar dari serat adalah yang pertama kali terbentuk dan membentuk korteks dari lensa.

II.2  Fisiologi lensa .
o   LENSA SEBAGAI MEDIA REFRAKSI
Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous humor dan vitreous yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksinya diberikan oleh udara dan kornea.

o   AKOMODASI LENSA
Kemampuan mata untuk melihat jauh dan dekat dipengaruhi oleh lkelenturan lensa , kontraksi otot – otot siliaris dan ketegangan zonula zinn.

                  GAMBAR 3. AKOMODASI LENSA






II.3 Metabolisme lensa
o   Transparansi lensa
§  Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation ( Na, K).kedua kation ini berasal dari humor aqueus dan vitreus .
§  Kadar kalium dibagian anterior lebih tinggi dibandingkan posterior sedangkan Kadar natrium lebih tinggi di posterior.
§  Ion K bergerak kebagian posterior dan keluar ke humour aqueus , dan ion Na bergerak  keantreior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na- K ATPase
§  Transport aktif asam-asam amino mengambil tempat pada epitel lensa dengan mekanisme tergantung pada gradien natrium yang dibawa oleh pompa natrium.
§  Aspek fisiologi terpenting dari lensa adalah mekanisme yang mengatur keseimbangan air dan elektrolit lensa yang sangat penting untuk menjaga kejernihan lensa. Karena kejernihan lensa sangat tergantung pada komponen struktural dan makromolekular, gangguan dari hidrasi lensa dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
§  Telah ditentukan bahwa gangguan keseimbangan air dan elektrolit sering terjadi pada  katarak kortikal, dimana kadar air meningkat secara bermakna
§  Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein dan perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya usia. Korteks lensa menjadi lebih terhidrasi daripada nukleus lensa.
§  Sekitar 5% volume lensa adalah air yang ditemukan diantara serat-serat lensa di ruang ekstraselular. Konsentrasi natrium dalam lensa dipertahankan pada 20mM dan konsentrasi kalium sekitar 120 mM.



o   Epitelium Lensa sebagai Tempat Transport Aktif
§  Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K+) dan asam amino yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya.
§  Sebaliknya, lensa mengandung kadar ion natrium (Na+) ion klorida (Cl-) dan air yang lebih sedikit dari lingkungan sekitarnya.
§  Keseimbangan kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil dari kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari pompa (Na+, K+-ATPase) yang terdapat pada membran sel dari epitelium lensa dan setiap serat lensa.
§  Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium keluar dari dan menarik ion kalium ke dalam. Mekanisme ini tergantung dari pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na+, K+-ATPase. Keseimbangan ini mudah sekali terganggu oleh inhibitor spesifik ATPase ouabain.
§  Inhibisi dari Na+, K+-ATPase akan menyebabkan hilangnya keseimbangan kation dan meningkatnya kadar air dalam lensa.
§  pada perkembangan katarak kortikal beberapa studi telah menunjukkan bahwa terjadi  penurunan aktifitas Na+, K+-ATPase, sedangkan yang lainnya tidak menunjukkan perubahan apa pun. Dan studi-studi lain telah memperkirakan bahwa permeabilitas membran meningkat seiring dengan perkembangan katarak

o   Peranan Kalsium
§  Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeabel terhadap kalsium.
§  Hilangnya homeostasis kalsium akan sangat mengganggu metabolisme lensa.
§  Peningkatan kadar kalsium dapat berakibat pada beberapa perubahan meliputi ;
Ø  tertekannya metabolisme glukosa,
Ø  pembentukan agregat protein dengan berat molekul tinggi dan aktivasi protease yang destruktif
Ø  Glukosa memasuki lensa melalui sebuah proses difusi terfasilitasi yang tidak secara langsung terhubung oleh sistem transport aktif. Hasil buangan metabolisme meninggalkan lensa melalui difusi sederhana. Berbagai macam substansi seperti asam askorbat, myo-inositol dan kolin memiliki mekanisme transport yang khusus pada lensa.

o   Metabolisme Karbohidrat pada Lensa
§  Pada lensa, energi yang diperoleh bergantung pada metabolisme glukosa.
§  Glukosa memasuki lensa dari aqueous baik melalui difusi sederhana dan melalui difusi terfasilitasi.
§   Kebanyakan glukosa ditranportasi ke dalam lensa dalam bentuk terfosforilasi (Glukosa 6 fosfat =G6P) oleh enzim heksokinase. Reaksi ini adalah 70-1000 kali lebih lambat dari enzim-enzim lainnya yang terlibat dalam proses glikolisis lensa dan kecepatan terbatas pada lensa.
§  Ketika terbentuk, G6P memasuki satu dari dua jalur metabolisme:
1.      Jalur glikolisis anaerob ( 95%)
2.      HMP shunt ( 5 %)

Ø  Jalur glikolisis anaerob ( 95%)
Ø  Kadar tekanan oksigen dalam lensa sangat rendah , tetapi walaupun tanpa oksigen , lensa mampu mengahasilkan energi paling banyak melalui jalur glikolisis dari pada  jalur HMP shunt.
Ø   Hal ini membuktikan bahwa lensa tidak tergantung pada oksigen  tetapi dipengaruhi oleh kadar glukosa hal ini telah didemonstrasikan dengan kemampuannya untuk menjaga metabolisme normal dalam lingkungan nitrogen. Dengan diberikan sejumlah glukosa, lensa in vitro yang anoksik tetap jernih dan utuh, memiliki kadar normal dari ATP serta mempertahankan aktivitas pompa asam amino dan ion. Bagaimana pun, ketika glukosa menurun atau kekurangan, lensa tidak dapat mempertahankan fungsi-fungsi ini dan menjadi keruh pada beberapa jam sekalipun terdapat oksigen
Ø       HMP shunt
Ø  Jalur yang kurang aktif untuk utilisasi G6P dalam lensa adalah heksosa monofosfat shunt (HMP shunt), yang dikenal juga dengan istilah jalur pentosa monofosfat.
Ø  Sekitar 5% dari glukosa lensa dimetabolisme melalui jalur ini sekalipun jalur ini distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa.
Ø  Aktifitas HMP shunt lebih tinggi pada lensa dibandingkan dengan jaringan lain dalam tubuh namun perannya masih belum bisa ditetapkan.
Ø  Jalur HMP – shunt ini menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan biosintesis ribosa untuk nukleotida. Juga untuk aktifitas glutation reduktase dan aldose reduktase dalam lensa.
Ø  Aldose reduktase adalah enzim kunci pada jalur lain metabolisme karbohidrat pada lensa, yaitu jalur sorbitol.
§  Enzim ini telah ditemukan memainkan peranan yang penting dalam pembentukan katarak “gula”.
§  ketika kadar glukosa meningkat dalam lensa sebagaimana terjadi pada keadaan hiperglikemia, jalur sorbitol teraktifasi lebih daripada glikolisis dan terjadi akumulasi dari sorbitol.
§   Sorbitol dimetabolisme menjadi fruktosa oleh enzim polyol dehidrogenase.
§  Sayangnya enzim polyol dehidrogenase memiliki affinitas yang rendah yang berarti sorbitol akan terakumulasi sebelum mengalami metabolisme labih lanjut.
§  Karakteristik ini, dikombinasikan dengan kurangnya permeabilitas lensa terhadap sorbitol berakhir dengan retensi sorbitol dalam lensa.
Ø  Sejalan dengan sorbitol, fruktosa juga terbentuk pada lensa dengan kadar tinggi glukosa. Bersamaan, kedua gula tersebut meningkatkan tekanan osmotik di dalam lensa dan menarik air. Pada mulanya pompa tergantung energi pada lensa mampu mengkompensasi, tetapi akhirnya kemampuan tersebut terlewati. Hasilnya adalah pembengkakan serat, rusaknya arsitektur sitoskeletal normal dan kekeruhan lensa.

II.4  Katarak
II.4  .a defenisi
      Katarak adalah kekeruhan [opasitas] dari lensa yang tidak dapat menggambarkan obyek dengan jelas di retina.

II.4  .b. Insiden
      Diperkirakan 5-10 juta individu mengalami kerusakan penglihatan akibat katarak setiap tahun (newell, 1986). Di USA sendiri 300. 000 – 400.000 ekstraksi mata tiap tahunnya. Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua.
      Diketahui kebutaan di Indonesia berkisar 1, 2% dari jumlah penduduk Indonesia . dari angka tersebut presentasi angka kebutaan utama ialah :
-                                                                                  Katarak      0,70 %
-                                                                                  Kelainan kornea    0,13 %
-                                                                                  Penyakit glaukoma           0,10 %
-                                                                                  Kelainan refraksi   0,06 %
-                                                                                  Kelainan retina     0,03 %
-                                                                                  Kelainan nutrisi     0,02 %
Sedangkan menurut catatan The framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia 65 – 74 tahun dan 45 % pada usia 75 – 84 tahun. Beberapa derajat katarak diduga terjadi pada semua orang pada usia 70 tahun. Sehingga 95 % penyebab katarak adalah katarak senilis

             II.4  .c  etiologi , patofisiologi dan klasifikasi
                              Klasifikasi katarak dapat dibagi menjadi :
1.      Berdasarkan usia :
a.      Katarak conginental ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
b.      Katarak juvenile ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
c.       Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )
2.      Katarak traumatik
3.      Katarak komplikata
4.      katarak sekunder
5.      katarak diabetik
                             













                  TABEL 1 . KLASIFIKASI KATARAK



























II.4.c.1.a  Katarak konginental
               Adalah katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan dapat menyebabkan kebutaaan pada bayi yang tidak ditangani dengan tepat.
      Dibagi menjadi 2 jenis :
1.      katarak kapsulolentikular
katarak yang mengenai kapsul dan kortek
2.      katarak lentikular
katarak yang mengenai korteks atau nukleus saja , tampa disertai kekeruhan Kapsul .
untuk mengetahui penyebab katarak konginental diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti :
-                                                                            rubella ( pada trimester pertama)
-                                                                            mumps
-                                                                            hepatitis
-                                                                            toxoplasma
       bentuk katarak konginental :
-                                                                            katarak zonularis atau lamelar

GAMBAR 4. katarak zonular




-                                                                            katarak pungtata
-                                                                            katarak polaris anterior
-                                                                            katarak polaris posterior



pada pupil bayi yang terkena katarak konginental akan terlihat bercak putih ( leukokoria ).
Penyulit pada katarak konginital total adalah tidak kuatnya rangsangan pada makula lutea , sehingga makula tidak berkembang sempurna , dan sering menyebabkan ambliopia ex anopsia . selain itu katarak konginetal dapat menyebabkan terjadinya nistagmus atau strabismus .
Pengobatan katarak konginental bergantung kepada :
1.      katarak total bilateral , dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya/ segera setelah katarak terlihat
2.      katarak total unilateral
dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum terjadi juling
3.      katarak bilateral parsial
dapat dicoba dengan kacamata dan midriatikum terlebih dahulu , bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai dengan tanda juling dan ambliopia  maka dilakukan pembedahan .

II.4.c.1.b Katarak juvenile
o  Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 50 tahun . Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
o  Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti:
1.      Katarak metabolic
a.) Katarak diabetika dan galaktosemik (gula)
b.) Katarak hipokalsemik (tetanik)
c.) Katarak defisiensi gizi
d.) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e.) Penyakit Wilson
f.) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
2.       Otot Distrofi miotonik (umur 20-30 tahun)
3.       Katarak traumatic
4.      Katarak komplikata
a.       Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)
b.      Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma)
c.       Katarak anoksik
d.      Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol (MER-29), antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, besi)
e.      Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom
II.4.c.1.c katarak senile
            Katarak senilis ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.
Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa:
-     distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur.
-    Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second sight).
-     Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium insipient

-    Tanda dan Gejala:
1.      Penglihatan kabur dan berkabut
2.      Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan mata
3.      Seperti ada titik gelap di depan mata
4.       Penglihatan ganda
5.      Sukar melihat benda yang menyilaukan
6.      Halo, warna disekitar sumber sinar
7.      Warna manik mata berubah atau putih
8.      Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari
9.      Penglihatan dimalam hari lebih berkurang
10.  Sukar mngendarai kendaraan dimalam hari
11.  Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah
12.  Sering berganti kaca mata
13.   Penglihatan menguning
14.  Untuk sementara jelas melihat dekat

Konsep penuaan:
Ø  Imunologis
 dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel
Ø  Teori “ a free radical “
o Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat
o Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
o Free redical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vit. E
Ø  Teori “ a cross-link”
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi

GAMBAR . PERUBAHAN PENGELIHATAN PADA PASIEN KATARAK
















Perubahan lensa pada usia lanjut
1. Kapsul
Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular
2. Epitel – makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa :
Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal. Korteks tidak berwarna karena:
§ Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
§ Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

Klasifikasi katarak senilis berdasarkan :
1.      Perubahan Morfologi.
2.      Maturitas

*                               KLASIFIKASI BERDASARKAN MORFOLOGI DIKENAL 3 BENTUK KATARAK SENIL, YAITU :
Ket :
-                                                                                              NC: KATARAK NUKLEAR
-                                                                                              ACC : katarak kortikal anterior
-                                                                                              PCC : katarak kortikal posterior



Gambar. : Morfologi katarak

a. Katarak Nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman . Keadaan ini disebut katarak BRUNESEN atau NIGRA.
GAMBAR . KATARAK NUCLEAR



Jenis katarak nigra ( Brunesen ) ini terjadi pada pasien diabet dan miopia tinggi . dimana tajam pengelihatan lebih baik dari sebelumnya , dan biasanya pada usia lebih dari 65 tahun
b. Katarak Kortikal
Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari.



Gambar . katarak kortikal anterior
c. Katarak Kupuliform
Mulai dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear.Kekeruhan terletak dilapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring.
          
TABLE  . PERUBAHAN MORFOLOGI KATARAK SENILIS













*      KLASIFIKASI BERDASARKAN MATURITAS. KATARAK SENIL DIBAGI MENJADI:
-          Katarak insipient :
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:
-       kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ).
-       Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
-       celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient.
-       Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.
-       Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

-          Katarak Imatur :
-       Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
-        Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.
-       Pencembungan lensa akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik.
-       Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit


GAMBAR . KATARAK IMATUR



-          Katarak Matur:
-       Bila proses degenerasiberjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul.
-       Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal.
-       Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali.
-       Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ).
-       Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.














GAMBAR . KATARAK MATUR

-          Katarak Hipermatur :
-          Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul.
-          Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni).
-          Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik




















GAMBAR katarak hipermatur



TABEL   Perbedaan stadium katarak

Insipien
imatur
matur
hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan lensa
normal
Bertambah
 (air masuk)
normal
Berkurang
( air keluar)
Iris
normal
Terdorong
normal
Tremulans
Bilik mata depan
normal
Dangkal
normal
Dalam
Sudut bilik mata
normal
Sempit
normal
Terbuka
Shadow tes
-
+
-
Pseudops
penyulit
-
gloukoma
-
Uveitis + gloukoma

-          Katarak Intumesen :
-          Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang menyerap air.
-          Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
-           Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.