11 orang yang mecoba mengejar mimpi menjadi seorang dokter yang sukses

Thursday, July 12, 2012

DISPEPSIA

I.                   DEFINISI :
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.

Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :
1.      Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
2.      Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan).
II.                GAMBARAN KLINIS :
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
1.      Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala:
a.         Nyeri epigastrium terlokalisasi
b.        Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
c.         Nyeri saat lapar
d.        Nyeri episodik
2.      Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia), dengan gejala:
a.       Mudah kenyang
b.      Perut cepat terasa penuh saat makan
c.       Mual
d.      Muntah
e.       Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
f.        Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3.      Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung). Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.
III.                   KLASIFIKASI BERDASARKAN PENYEBAB :
A. Idiopatik
B. Organik
I. Obat-obatan
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik (makrolides, metronidazole), Besi, KCl, Digitalis, Estrogen, Etanol (alkohol), Kortikosteroid, Levodopa, Niacin, Gemfibrozil, Narkotik, Quinidine, Theophiline
II. Idiosinkrasi makanan (intoleransi makanan)
a. Alergi
susu sapi, putih telur, kacang, makanan laut, beberapa jenis produk kedelai dan beberapa jenis buah-buahan
b. Non-alergi
  • produk alam : laktosa, sucrosa, galactosa, gluten, kafein, dll.
  • bahan kimia : monosodium glutamate (vetsin), asam benzoat, nitrit, nitrat, dll.
Perlu diingat beberapa intoleransi makanan diakibatkan oleh penyakit dasarnya, misalnya pada penyakit pankreas dan empedu tidak bisa mentoleransi makanan berlemak, jeruk dengan PH yang relatif rendah sering memprovokasi gejala pada pasien ulkus peptikum atau esophagitis.
III.Kelainan struktural
A. Penyakit oesophagus
  • Refluks gastroesofageal dengan atau tanpa hernia
  • Akhalasia
  • Obstruksi esophagus
B. Penyakit gaster dan duodenum
  • Gastritis erosif dan hemorhagik; sering disebabkan oleh OAINS dan sakit keras (stres fisik) seperti luka bakar, sepsis, pembedahan, trauma, shock
  • Ulkus gaster dan duodenum
  • Karsinoma gaster
C. Penyakit saluran empedu
  • Kholelitiaasis dan Kholedokolitiasis
  • Kholesistitis
D. Penyakit pankreas
  • Pankreatitis
  • Karsinoma pankreas
E. Penyakit usus
  • Malabsorbsi
  • Obstruksi intestinal intermiten
  • Sindrom kolon iritatif
  • Angina abdominal
  • Karsinoma kolon
IV.Penyakit metabolik / sistemik
  1. Tuberculosis
  2. Gagal ginjal
  3. Hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar
  4. Diabetes melitius
  5. Hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid
  6. Ketidakseimbangan elektrolit
  7. Penyakit jantung kongestif
V. Lain-lain
  1. Penyakit jantung iskemik
  2. Penyakit kolagen
IV.              PATOFISIOLOGI
      Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti   nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi           kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi            pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat       mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi     asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls          muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan

V.                 PENATALAKSANAAN MEDIK
Penatalaksanaan non farmakologis
  • Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
  • Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
  • Atur pola makan
            Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
            Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam           mengantisipasi             kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross       patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan             bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
            Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan       antikolinergik             (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah     terjadinya muntah)

VI.              FAKTOR RESIKO :
  1. Perubahan pola makan
  2. makanan yang pedas
  3. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
  4. Alkohol dan nikotin rokok
  5. Stres
  6. Tumor atau kanker saluran pencernaan