Alkoholisme
adalah asupan alkohol yang mengakibatkan kemunduran kondisi fisik dan kesehatan
sosial. Konsumsi alkohol merupakan penyebab dari perumahsakitan 15-30% pria dan
8-15% wanita di Inggris. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan di
Amerika.
Sebab-sebab perumahsakitan adalah komplikasi fisik dari
minum berlebihan, trauma atau penyakit neuropsikiatri yang terkait dengan
konsumsi alkohol. Di samping itu gejala putus alkohol biasa muncul pada pasien
yang masuk RS karena masalah medis atau bedah yang tidak terkait.
Komplikasi
fisik
Banyak komplikasi fisik
dari pecandu alkohol memiliki implikasi untuk perawatan bedah dan anestesi,
khususnya setelah trauma.
Intoksikasi
akut dan coma
·
Biasanya dikelola secara konservatif. Cegah obstruksi jalan
napas dan aspirasi muntah. Mungkin memerlukan perawatan di ICU.
·
Kadar alkohol darah > 400 mg/100 ml merupakan risiko untuk
henti napas. Sebab-sebab lain dari coma juga harus dicari pada pasien-pasien
ini (misal cedera kepala, obat-obat lain, metanol, sebab-sebab metabolik,
infeksi).
·
Coma karena alkohol memiliki mortalitas sampai 50%.
Penyakit hati alkoholik
Ada tiga fase:
·
Perlemakan hati
reversibel dengan pantang alkohol dan jarang menimbulkan gejala.
·
Hepatitis alkoholik
biasanya merupakan kelanjutan dari perlemakan hati. Ditandai oleh nyeri
abdomen, penurunan berat badan, ikterus dan demam. Perubahan histologis bisa
dipulihkan dengan abstinensia (pantang). Survival lebih baik jika diberikan
kortikosteroid pada stadium dini. Pada wanita biasa berlanjut menjadi sirosis.
·
Sirosis alkoholik
ditandai oleh ikterus, asites, hipertensi portal dan gagal hati. Sirosis
menetap tetapi abstinensia bisa membuat stabil dan meningkatkan harapan hidup.
Pankreatitis
Pankreatitis
akut maupun kronik bisa disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol. Angka
mortalitas pada pankreatitis akut adalah 10-40%.
Perdarahan saluran
cerna atas
·
Gastritis, tukak
lambung dan robekan esofagus Mallory-Weiss.
·
Varises esofagus pada
pasien penyakit hati berat dan hipertensi portal
Penyakit kardiovaskular
·
Aritmia jantung:
fibrilasi atrium merupakan komplikasi dari kelebihan konsumsi/kecanduan
alkohol. Aritmia ventrikel juga telah dilaporkan.
·
7-11%
hipertensi pada pria (1% pada wanita) bisa berasal dari asupan alkohol lebih
dari 40 gr per hari. Perdarahan intraserebral dan subaraknoid lebih sering
tanpa memandang derajat hipertensi.
·
IHD (penyakit jantung
iskemik): konsumsi sedang bisa memberikan
kardioproteksi, namun insiden IHD meningkat jika konsumsi alkohol melebihi 30
gr/hari (yakni 1 ½ liter bir).
·
Kardiomiopati alkoholik:
disebabkan oleh efek toksik langsung dari alkohol (defisiensi tiamin). Paling
sering pada pria usia 30-60. Ditandai
oleh ventrikel kiri yang dilatasi dan hipokinetik dengan fraksi ejeksi
berkurang. Pasien mungkin memperlihatkan gagal jantung kongestif dan edema yang
bisa diperberat oleh hipoalbuminemia.
Efek-efek metabolik
·
Hipoglikemia bisa
terjadi akibat intoksikasi alkohol akut, penyakit hati alkoholik dan penyakit
pankreas. Lebih lazim pada anak dan remaja. Malnutrisi bisa menjadi sebab
lainnya.
·
Ketoasidosis bisa
terjadi setelah pesta alkohol yang disusul muntah-muntah dan puasa. Kadar
alkohol darah mungkin tidak meninggi ketika itu.
·
Alkalosis metabolik
bisa terlihat setelah muntah berkepanjangan.
Kejang
·
Kejang alkoholik
tersering dijumpai 7-48 jam setelah penghentian minum.
·
Khas tonik-klonik
dengan penurunan kesadaran. Serangan biasa terjadi berulang selama beberapa
hari.
·
Hipokalemia dan
hipomagnesemia merupakan predisposisi untuk kejang.
·
Kejang biasa berhenti
sendiri tetapi bisa fatal jika disertai trauma atau kehilangan kesadaran
menetap.
·
Sebab-sebab lain dari
kejang harus disingkirkan (misal hipoglikemia, perdarahan otak, tumor, abses).
Malnutrisi
Banyak
gejala penyalahgunaan alkohol disebabkan oleh kurangnya asupan kalori dan
kehilangan napsu makan. Komplikasi yang lazim terdapat:
·
Anemia:
makrositosis: efek toksik langsung dari alkohol, megaloblastik, defisiensi
folat, defisiensi besi, perdarahan saluran cerna atas.
·
Toksisitas sumsum
tulang: neutropenia: toksisitas sumsum tulang,
defisiensi folat, trombositopenia bisa mempersulit defisiensi faktor pembekuan.
·
Degenerasi serebelum:
disebabkan toksisitas dan defisiensi tiamin.
·
Ambliopia:
(penglihatan kabur): defisiensi tiamin dan B12.
·
Ensefalopati Wernicke
dan psikosis Korsakoff : defisiensi tiamin.
·
Neuropati perifer :
defisiensi vitamin B kompleks.
·
Imunodefisiensi:
dengan meningkatnya prevalensi infeksi pernapasan (termasuk tbc). Neutropenia
dan kondisi perumahan dan sanitasi lingkungan yang jelek akan memperburuk
keadaan.
·
Penyakit kulit:
psoriasis, ekzema, rosacea, infeksi jamur dan akne lebih lazim pada peminum berat.
Trauma
·
Alkohol memperlambat
waktu reaksi, mengurangi ko-ordinasi dan kesimbangan dan mempengaruhi
kecekatan. Ini bisa menyebabkan kecelakaan dan trauma mayor.
·
Risiko kecelakaan lalu
lintas meningkat sejalan dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah.
Cedera lebih serius pada kecelakaan lalu
lintas yang terkait dengan alkohol.
·
30% pejalan kaki yang
terbunuh dalam kecelakaan lalu lintas pada siang hari memiliki kadar alkohol
yang bisa diukur dalam darah mereka. Angka ini meningkat menjadi 70% pada malam
hari.
·
26-54% kecelakaan di
rumah dan tempat rekreasi berkaitan dengan alkohol. Ini menyangkut kekerasan
dalam keluarga dan penyiksaan anak.
Penilaian pra bedah terhadap
pecandu alkohol
Anamnesis
·
Perkirakan jumlah
alkohol yang diminum
·
Tanyakan tentang penurunan
berat badan dan riwayat perdarahan saluran cerna.
·
Tanyakan tentang
kecelakaan dan infeksi yang berulang.
·
Kehilangan status
sosial bisa penting
Pemeriksaan fisik
Ini
mungkin tidak banyak membantu pada kasus lanjut, namun cari:
·
Fetor
·
Spider nevi, ikterus,
memar
·
Malnutrisi
·
Tremor, neuropati
perifer, psikosis, ensefalopati, konvulsi
·
Hipertensi, gagal
jantung, aritmia.
Pemeriksaan penunjang
·
Hematologi: MCV
meningkat, defisiensi besi, depresi sumsum tulang, defek pembekuan.
·
Kadar alkohol darah
mungkin penting. 80 mg/dl merupakan batas legal yang diizinkan untuk
mengendarai mobil di Inggris; 200 mg/dl menyebabkan intoksikasi berat; dan
>500 mg/dl sering fatal.
·
Glukosa.
·
Elektrolit: hipokalemia
lazim dijumpai.
·
Trigliserida sering
meninggi.
·
Enzim hati: g-GT
dan aminotransferase meninggi.
·
Albumin: petunjuk
malnutrisi.
·
Koagulasi mungkin
abnormal karena defisiensi faktor pembekuan.
·
EKG: defek konduksi,
gelombang T terbelah, perubahan ST (serupa dengan intoksikasi digoksin),
aritmia (biasanya fibrilasi atrium).
·
Ekokardiogram jika ada
kecurigaan kardiomiopati:ventrikel kiri dilatasi, fraksi ejeksi berkurang,
fungsi ventrikel kiri menurun.
·
X-foto toraks mungkin
memperlihatkan pneumonia aspirasi, tbc dan kanker paru.
Manajemen perioperatif
·
Hindari operasi yang non-emergensi
bila ada keracunan alkohol.
·
Jika operasi emergensi
tidak bisa dihindarkan, pastikan hidrasi yang cukup dan perhatikan gangguan
imbang elektrolit (hipokalemia dan hiperglikemia).
·
Koreksi kelainan
pembekuan dengan FFP dan atau trombosit.
·
Obati anemia (misal defisiensi besi, perdarahan
saluran cerna atas) dengan transfusi.
·
Anggap saja lambung
pasien penuh dan lakukan prosedur pra pembiusan rutin.
·
Berikan vitamin
intravena (vit B dan C)
·
Pasien gagal hati
membutuhkan perawatan intensif jika diperlukan intervensi bedah
·
Pasien dengan
perdarahan saluran cerna dan sirosis berada dalam keadaan bahaya mendapat gagal
hati. Pasang selang nasogastrik (hati-hati bila ada varises) untuk menghentikan
tercernanya darah.
·
Antisipasi gejala putus
alkohol. Obati dengan chlordiaze-poxide (10-50 mg 4 kali sehari) jika pasien
bisa minum oral atau chlormethiazole jika dibutuhkan terapi intravena.
·
Infus chlormethiazole
0,8% (8 mg/ml) pada permulaan diberikan 3-7,5 ml (24-60 mg/menit sampai pasien
tidur dangkal, dan kemduian diturunkan menjadi 0,5-1 ml (4-8 mg/menit untuk
mempertahankan sedasi. Overdosis dengan chlormethiazole bisa menyebabkan
depresi pernapasan yang dalam.
·
Infus etanol 5%
(tambahkan 50 g etanol ke 1 liter NaCl 0,9% atau larutan kristaloid lain) bisa
digunakan untuk mencegah gejala putus alkohol pada periode perioperatif.
Sebagai alternatif, minuman alkohol bisa diberikan secara oral atau
nasogastrik.
·
Cari dan obati infeksi
pada pasien defisiensi imun.
Bacaan lanjut
1.
Chick J (1993). Alcohol
problems in the general hospital. British Medical Bulletin 50:200-10.
2.
Cherpitel C (1993).
Alcohol and injuries: a review of international emergency room studies. Addiction
88:923-37.
3.
Edwards G, Anderson P,
Babor TF et al. (1994). Alcohol policy and the public good. Oxford: Oxford
University Press.
4.
Imrie CW (1996).
Diseases of the pancreas: acute pancreatitis. In Weatherall D et al., ed
Oxford textbook of medicine, 3rd edn, vol 2. Oxford:Oxford
University Press,2027-33.
5.
Tennesen H, Rosenberg
J, Nielsen HJ, Rasmussen V, Hange C, Pedersen IK, Kehlet H (1999). Effect of
perioperative abstinence on poor postoperative outcome in alcohol misusers:
randomized controlled trial. British Medical Journal 318:1311-6.
6.
Tennesen H, Kehlet H
(1999). Preoperative alcoholism and postoperative mortality. British Journal
of Surgery 86:869-74.