11 orang yang mecoba mengejar mimpi menjadi seorang dokter yang sukses

Thursday, July 26, 2012

INTOKSIKASI ALKOHOL & ALKOHOLISME KRONIK


Alkoholisme adalah asupan alkohol yang mengakibatkan kemunduran kondisi fisik dan kesehatan sosial. Konsumsi alkohol merupakan penyebab dari perumahsakitan 15-30% pria dan 8-15% wanita di Inggris. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan di Amerika.

Sebab-sebab perumahsakitan adalah komplikasi fisik dari minum berlebihan, trauma atau penyakit neuropsikiatri yang terkait dengan konsumsi alkohol. Di samping itu gejala putus alkohol biasa muncul pada pasien yang masuk RS karena masalah medis atau bedah yang tidak terkait.


Komplikasi fisik

Banyak komplikasi fisik dari pecandu alkohol memiliki implikasi untuk perawatan bedah dan anestesi, khususnya setelah trauma.

Intoksikasi akut dan coma

·         Biasanya dikelola secara konservatif. Cegah obstruksi jalan napas dan aspirasi muntah. Mungkin memerlukan perawatan di ICU.
·         Kadar alkohol darah > 400 mg/100 ml merupakan risiko untuk henti napas. Sebab-sebab lain dari coma juga harus dicari pada pasien-pasien ini (misal cedera kepala, obat-obat lain, metanol, sebab-sebab metabolik, infeksi).
·         Coma karena alkohol memiliki mortalitas sampai 50%.

Penyakit hati alkoholik

Ada tiga fase:
·         Perlemakan hati reversibel dengan pantang alkohol dan jarang menimbulkan gejala.
·         Hepatitis alkoholik biasanya merupakan kelanjutan dari perlemakan hati. Ditandai oleh nyeri abdomen, penurunan berat badan, ikterus dan demam. Perubahan histologis bisa dipulihkan dengan abstinensia (pantang). Survival lebih baik jika diberikan kortikosteroid pada stadium dini. Pada wanita biasa berlanjut menjadi sirosis.
·         Sirosis alkoholik ditandai oleh ikterus, asites, hipertensi portal dan gagal hati. Sirosis menetap tetapi abstinensia bisa membuat stabil dan meningkatkan harapan hidup.

Pankreatitis
Pankreatitis akut maupun kronik bisa disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol. Angka mortalitas pada pankreatitis akut adalah 10-40%.

Perdarahan saluran cerna atas
·         Gastritis, tukak lambung dan robekan esofagus Mallory-Weiss.
·         Varises esofagus pada pasien penyakit hati berat dan hipertensi portal

Penyakit kardiovaskular
·         Aritmia jantung: fibrilasi atrium merupakan komplikasi dari kelebihan konsumsi/kecanduan alkohol. Aritmia ventrikel juga telah dilaporkan.
·         7-11% hipertensi pada pria (1% pada wanita) bisa berasal dari asupan alkohol lebih dari 40 gr per hari. Perdarahan intraserebral dan subaraknoid lebih sering tanpa memandang derajat hipertensi.
·         IHD (penyakit jantung iskemik): konsumsi sedang bisa memberikan kardioproteksi, namun insiden IHD meningkat jika konsumsi alkohol melebihi 30 gr/hari (yakni 1 ½  liter bir).
·         Kardiomiopati alkoholik: disebabkan oleh efek toksik langsung dari alkohol (defisiensi tiamin). Paling sering pada pria usia 30-60.  Ditandai oleh ventrikel kiri yang dilatasi dan hipokinetik dengan fraksi ejeksi berkurang. Pasien mungkin memperlihatkan gagal jantung kongestif dan edema yang bisa diperberat oleh hipoalbuminemia.

Efek-efek metabolik
·         Hipoglikemia bisa terjadi akibat intoksikasi alkohol akut, penyakit hati alkoholik dan penyakit pankreas. Lebih lazim pada anak dan remaja. Malnutrisi bisa menjadi sebab lainnya.
·         Ketoasidosis bisa terjadi setelah pesta alkohol yang disusul muntah-muntah dan puasa. Kadar alkohol darah mungkin tidak meninggi ketika itu.
·         Alkalosis metabolik bisa terlihat setelah muntah berkepanjangan.

Kejang
·         Kejang alkoholik tersering dijumpai 7-48 jam setelah penghentian minum.
·         Khas tonik-klonik dengan penurunan kesadaran. Serangan biasa terjadi berulang selama beberapa hari.
·         Hipokalemia dan hipomagnesemia merupakan predisposisi untuk kejang.
·         Kejang biasa berhenti sendiri tetapi bisa fatal jika disertai trauma atau kehilangan kesadaran menetap.
·         Sebab-sebab lain dari kejang harus disingkirkan (misal hipoglikemia, perdarahan otak, tumor, abses).

Malnutrisi
Banyak gejala penyalahgunaan alkohol disebabkan oleh kurangnya asupan kalori dan kehilangan napsu makan. Komplikasi yang lazim terdapat:
·         Anemia: makrositosis: efek toksik langsung dari alkohol, megaloblastik, defisiensi folat, defisiensi besi, perdarahan saluran cerna atas.
·         Toksisitas sumsum tulang: neutropenia: toksisitas sumsum tulang, defisiensi folat, trombositopenia bisa mempersulit defisiensi faktor pembekuan.
·         Degenerasi serebelum: disebabkan toksisitas dan defisiensi tiamin.
·         Ambliopia: (penglihatan kabur): defisiensi tiamin dan B12.
·         Ensefalopati Wernicke dan psikosis Korsakoff : defisiensi tiamin.
·         Neuropati perifer : defisiensi vitamin B kompleks.
·         Imunodefisiensi: dengan meningkatnya prevalensi infeksi pernapasan (termasuk tbc). Neutropenia dan kondisi perumahan dan sanitasi lingkungan yang jelek akan memperburuk keadaan.
·         Penyakit kulit: psoriasis, ekzema, rosacea, infeksi jamur dan akne lebih lazim pada peminum berat.

Trauma
·         Alkohol memperlambat waktu reaksi, mengurangi ko-ordinasi dan kesimbangan dan mempengaruhi kecekatan. Ini bisa menyebabkan kecelakaan dan trauma mayor.
·         Risiko kecelakaan lalu lintas meningkat sejalan dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah. Cedera  lebih serius pada kecelakaan lalu lintas yang terkait dengan alkohol.
·         30% pejalan kaki yang terbunuh dalam kecelakaan lalu lintas pada siang hari memiliki kadar alkohol yang bisa diukur dalam darah mereka. Angka ini meningkat menjadi 70% pada malam hari.
·         26-54% kecelakaan di rumah dan tempat rekreasi berkaitan dengan alkohol. Ini menyangkut kekerasan dalam keluarga dan penyiksaan anak.

Penilaian pra bedah terhadap pecandu alkohol

Anamnesis
·         Perkirakan jumlah alkohol yang diminum
·         Tanyakan tentang penurunan berat badan dan riwayat perdarahan saluran cerna.
·         Tanyakan tentang kecelakaan dan infeksi yang berulang.
·         Kehilangan status sosial bisa penting

Pemeriksaan fisik
Ini mungkin tidak banyak membantu pada kasus lanjut, namun cari:
·         Fetor
·         Spider nevi, ikterus, memar
·         Malnutrisi
·         Tremor, neuropati perifer, psikosis, ensefalopati, konvulsi
·         Hipertensi, gagal jantung, aritmia.

Pemeriksaan penunjang
·         Hematologi: MCV meningkat, defisiensi besi, depresi sumsum tulang, defek pembekuan.
·         Kadar alkohol darah mungkin penting. 80 mg/dl merupakan batas legal yang diizinkan untuk mengendarai mobil di Inggris; 200 mg/dl menyebabkan intoksikasi berat; dan >500 mg/dl sering fatal.
·         Glukosa.
·         Elektrolit: hipokalemia lazim dijumpai.
·         Trigliserida sering meninggi.
·         Enzim hati: g-GT dan aminotransferase meninggi.
·         Albumin: petunjuk malnutrisi.
·         Koagulasi mungkin abnormal karena defisiensi faktor pembekuan.
·         EKG: defek konduksi, gelombang T terbelah, perubahan ST (serupa dengan intoksikasi digoksin), aritmia (biasanya fibrilasi atrium).
·         Ekokardiogram jika ada kecurigaan kardiomiopati:ventrikel kiri dilatasi, fraksi ejeksi berkurang, fungsi ventrikel kiri menurun.
·         X-foto toraks mungkin memperlihatkan pneumonia aspirasi, tbc dan kanker paru.

Manajemen perioperatif
·         Hindari operasi yang non-emergensi bila ada keracunan alkohol.
·         Jika operasi emergensi tidak bisa dihindarkan, pastikan hidrasi yang cukup dan perhatikan gangguan imbang elektrolit (hipokalemia dan hiperglikemia).
·         Koreksi kelainan pembekuan dengan FFP dan atau trombosit.
·         Obati  anemia (misal defisiensi besi, perdarahan saluran cerna atas) dengan transfusi.
·         Anggap saja lambung pasien penuh dan lakukan prosedur pra pembiusan rutin.
·         Berikan vitamin intravena (vit B dan C)
·         Pasien gagal hati membutuhkan perawatan intensif jika diperlukan intervensi bedah
·         Pasien dengan perdarahan saluran cerna dan sirosis berada dalam keadaan bahaya mendapat gagal hati. Pasang selang nasogastrik (hati-hati bila ada varises) untuk menghentikan tercernanya darah.
·         Antisipasi gejala putus alkohol. Obati dengan chlordiaze-poxide (10-50 mg 4 kali sehari) jika pasien bisa minum oral atau chlormethiazole jika dibutuhkan terapi intravena.
·         Infus chlormethiazole 0,8% (8 mg/ml) pada permulaan diberikan 3-7,5 ml (24-60 mg/menit sampai pasien tidur dangkal, dan kemduian diturunkan menjadi 0,5-1 ml (4-8 mg/menit untuk mempertahankan sedasi. Overdosis dengan chlormethiazole bisa menyebabkan depresi pernapasan yang dalam.
·         Infus etanol 5% (tambahkan 50 g etanol ke 1 liter NaCl 0,9% atau larutan kristaloid lain) bisa digunakan untuk mencegah gejala putus alkohol pada periode perioperatif. Sebagai alternatif, minuman alkohol bisa diberikan secara oral atau nasogastrik.
·         Cari dan obati infeksi pada pasien defisiensi imun.

Bacaan lanjut
1.      Chick J (1993). Alcohol problems in the general hospital. British Medical Bulletin 50:200-10.
2.      Cherpitel C (1993). Alcohol and injuries: a review of international emergency room studies. Addiction 88:923-37.
3.      Edwards G, Anderson P, Babor TF et al. (1994). Alcohol policy and the public good. Oxford: Oxford University Press.
4.      Imrie CW (1996). Diseases of the pancreas: acute pancreatitis. In Weatherall D et al., ed Oxford textbook of medicine, 3rd edn, vol 2. Oxford:Oxford University Press,2027-33.
5.      Tennesen H, Rosenberg J, Nielsen HJ, Rasmussen V, Hange C, Pedersen IK, Kehlet H (1999). Effect of perioperative abstinence on poor postoperative outcome in alcohol misusers: randomized controlled trial. British Medical Journal 318:1311-6.
6.      Tennesen H, Kehlet H (1999). Preoperative alcoholism and postoperative mortality. British Journal of Surgery 86:869-74.