Henti jantung
terjadi bila pasien tiba-tiba pingsan dan tidak ada curah jantung. Akses cepat
ke defibrilator dan basic life support memberi harapan pasien bertahan
hidup. Henti jantung dapat terjadi tanpa fibrilasi ventrikel, takikardia
ventrikel, asistole atau disosiasi elektromekanik (juga dikenal sebagai PEA (pulseless
electrical activity). Berbagai
kondisi klinik bisa menjurus ke henti jantung. Sebagian di antaranya
harus dideteksi sebelum terjadi henti jantung.
Henti
jantung yang mengancam
Henti jantung dapat terjadi tanpa
diantisipasi pada AMI, edema paru atau dengan penyakit jantung berat yang
mendasari. Kebalikannya, henti jantung di bangsal bedah sering didahului oleh
tanda-tanda peringatan seperti hipotensi, takikardia, nyeri dada, dispnea,
demam, gelisah atau bingung. Hipoksemia, hipovolemia, dan sepsis bisa berlanjut
ke henti jantung jika tidak didiagnosis dan dikoreksi dengan cepat. Jangan ragu
meminta bantuan tim resusitasi atau tim ICU. CPR untuk pasien yang sepsis atau
hipovolemia biasanya gagal.
Bila pasien diidentifikasi sebagai sakit berat dan memiliki risiko henti
jantung, poin-poin berikut harus cepat dinilai:
·
Oksigenasi: apakah jalan napas bersih dan apakah pasien
bernapas cukup? Berikan O2 aliran tinggi dan dukungan ventilasi
manual jika perlu. Pantau dengan pulse oximetry dan ukur gas darah. Lihat
bagian tentang dispena akut dan gagal napas (Bab 41).
·
Apakah
pasien sadar?:
apakah pasien dinarkosis atau oversedasi?
·
Apakah
pasien hipovolemik?
Kebanyakan pasien hipotensi harus diberikan cairan sebagai bagian dari
manajemen awal. Hanya jika pasien telah henti jantung cairan iv tidak efektif
(bahkan dapat memperburuk edema paru), namun kecemasan ini jangan sampai
menghindari cairan kepada banyak pasien hipotensi.
·
Bingung
atau tingkat kesadaran menurun harus dianggap sebagai tanda perburukan klinik yang
bermakna dan penyebabnya harus segera dicari.
·
Singkirkan
sepsis. Takipnea
atau kegaduhan mental (bingung) bisa merupakan tanda pertama septikemia pada
pasien bedah. Periksa suhu badan. Ambil darah untuk biakan. Pikirkan masalah
intraabdomen: kebocoran empedu, kebocoran anastomosis usus. Berikan antibiotik
jika ragu.
·
Periksa
gangguan elektrolit termasuk asidosis metabolik.
·
Pertimbangkan
untuk memindahkan pasien ke ICU.
·
Obati
nyeri. Nyeri
menyebabkan pelepasan adrenalin (epinefrin) dan meningkatkan risiko aritmia
jantung.
CPR
(cardiopulmonary resuscitation)
Bilamana terjadi
henti jantung, tim resusitasi harus selalu dipanggil kecuali jika pasien ‘bukan
untuk CPR’. Defibrilasi dini dan basic life support adalah yang
terpenting.
Manajemen henti jantung dirinci pada buku
ajar lain, namun protokol untuk basic dan advance life support
diberikan pada Gambar 36.1 dan 36.2 pada akhir bab ini.
CPR pada pasien bedah
·
CPR
mempertahankan curah jantung yang rendah ke organ-organ vital bila dilakukan
dengan baik. Ada kalanya, kompresi jantung dengan dada terbuka digunakan untuk
pasien dengan PEA (pulseless electrical activity) setelah trauma tembus,
setelah sternotomi atau selama pembedahan abdomen atau toraks.
·
Pada
fibrilasi ventrikel atau ‘takikardia ventrikel tanpa denyut’, dua kejutan
pertama harus sebesar 200 J dan setelah itu 360 J. Saat durasi henti jantung meningkat,
kemungkinan defibrilasi berhasil adalah kecil.
·
Prognosis
henti jantung paling baik pada pasien dengan henti jantung yang diketahui orang
lain, dengan CPR oleh seseorang yang terlatih dalam teknik. Bila ada fibrilasi
ventrikel dilakukan defibrilasi dini. Prognosis jelek adalah pasien asistole,
penanganan terlambat, dan pasien dengan penyakit banyak organ.
·
PEA
juga memiliki prognosis jelek, kecuali jika penyebabnya cepat diidentifikasi
dan diatasi. Jika mekanisme yang melandasi adalah hipovolemia, yang dikelola
dengan agresif dan dikerjakan operasi, sebagian dari pasien-pasien ini akan
selamat. Sebab-sebab lain dari PEA meliputi edema paru, infark miokard, tension
pneumothorax, tamponade jantung, dan masalah elektrolit.
·
Adrenalin
(epinefrin)( 1 mg iv) selalu diberikan sepanjang CPR untuk mempertahankan tonus
pembuluh darah dalam upaya mempertahankan sirkulasi otak selama resusitasi.
Gunakan larutan 1:10.000 ( 1 mg/10 ml) intravena, walaupun dosis ganda bisa
diberikan melalui pipa endotrakea jika vena tidak bisa diakses.
·
NaHCO3
sebaiknya diberikan menurut panduan gas darah, namun biasanya dibutuhkan
setelah 15 menit henti jantung dengan dosis 50 ml Bic Nat 8,4% harus diberikan
lebih dini jika henti jantung disebabkan asidosis metabolik.
·
Periksa
latar belakang penyakit untuk mendiagnosis masalah yang melandasi dan membantu
memutuskan apakah resusitasi perlu dilakukan berkepanjangan.
·
Hentikan
resusitasi jika pasien tidak memberi respon terhadap advanced life support.
Walaupun setiap pasien berbeda, dalam praktek resusitasi dari fibrilasi
ventrikel tidak mungkin berhasil setelah 15-20 menit CPR, atau dari asistole
atau PEA setelah 10-15 menit CPR. Namun, pada kasus hipotermia atau overdosis
obat anestesi lokal, nasihat ahli dari tim henti jantung atau tim ICU harus
diperoleh jika diindikasikan resusitasi yang berkepanja-ngan.
Pernyataan
“bukan untuk resusitasi’
Banyak pasien di bangsal tidak cocok
untuk resusitasi karena prognosis secara keseluruhan buruk atau karena permintaan
pasien. Bila terjadi ini harus dibahas dengan pasien dan/atau keluarganya dan
ditulis dengan jelas pada kartu pasien sehingga tindakan resusitasi tidak
dilakukan jika ada henti jantung.
Gambar 36.2. Algoritme
ALS (advanced life support) untuk manajemen henti jantung pada dewasa.
Perhatikan bahwa setiap langkah yang berurutan didasarkan atas asumsi bahwa
langkah sebelumnya belum berhasil. Direproduksi dengan izin dari the
Resuscitation Council (UK).
Bacaan lanjut
1. Doyal
L, Wilsher D (1993). Withholding cardiopulmonary resuscitation: proposals for
formal guidelines. British Medical Journal 306:1593-6.
2. McQuillan
P, Pilkington S, Allan A et al, (1998). Confidential inquiry into quality of
care before admission to intensive care. British Medical Journal 316:1853-8.
3. O’Keefe
S, Ebell MH (1994). Prediction of failure to survive following in-hospital
cardiopulmonary resuscitation: comparison of two predictive instruments. Resuscitation
28:21-5.
4. Resuscitation
Council (UK) (1998). Advanced life support course provider manual, 3rd
edn.
5. Smith
A, Wood J (1999). Can some in-hospital cardiopulmonary arrests be prevented? Resuscitation
in press.
6. Stewart
K (1995). Discussing cardiopulmonary resuscitation with patients and relatives.
Postgraduate Medical Journal 71:585-9.
Wall JA, Palmer RN
(1994). Resuscitation and patients’ views. British Medical Journal 309:1442-3.
1 comment:
Thunder Titanium Lights - The Art of the Acoustics - Tioga
Thunder titanium banger Titanium Lights is a titanium undertaker brand new light that can be used on titanium nipple barbells a lot of projects, including the Sega microtouch trimmer Mega Drive, Dreamcast, and titanium mens wedding band Game Gear.
Post a Comment