DEFINISI
Psikopat adalah suatu gejala kelainan yang sejak dulu
dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Istilah psikopat yang sudah
sangat dikenal masyarakat justru tidak ditemukan dalam Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) IV. Artinya, psikopat tidak
tercantum dalam daftar penyakit, gangguan atau kelainan jiwa di lingkungan ahli
kedokteran jiwa Amerika Serikat. Psikopat dalam kedokteran jiwa masuk dalam klasifikasi
gangguan kepribadian dissosial. Selain psikopatik, ada gangguan antisosial,
asosial, dan amoral yang masuk dalam klasifikasi gangguan kepribadian
dissosial.
Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan
pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama dengan skizofrenia karena seorang psikopat sadar
sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan
psikopati, pengidapnya seringkali disebut "orang gila tanpa gangguan
mental". Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap
psikopat. Beberapa seorang ahli memprediksi tiga dari 10 laki-laki di Amerika
Serikat dan satu dari 30 laki-laki di Inggris adalah psikopat. Prediksi ini
didasarkan pada penelitiannya, yang sebagian besar respondennya adalah
laki-laki.
Psikopat ditemukan di berbagai profesi dan kelas sosial,
laki- laki dan perempuan. Karena yang dirugikan oleh kejahatannya tak hanya
individu tetapi juga masyarakat luas, Pengidap ini sulit dideteksi karena
sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara
atau dirumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan. Dalam kasus
kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, pemabuk, penjudi,
penipu, pelaku kekerasan dalam rumah tangga, pelaku bunuh diri dan koruptor.
Namun, kasus kriminal itu hanya terjadi pada sekitar 15-20 persen dari semua
penderita psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna,
pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan
menyenangkan.
PENYEBAB
Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti penyebab
psikopat. Berbagai teori dikemukakan oleh para peneliti. Teori kelainan
struktural otak seperti penurunan intensitas bagian otak di daerah
prefrontal grey matter dan penurunan volume otak di bagian "posterior
hippocampal" dan peningkatan intensitas otak bagian "callosal
white matter". Teori lain adalah gangguan metabolisme serotonin,
gangguan fungsi otak dan genetik yang diduga ikut menciptakan karakter
monster seorang psikopat.
Mungkin tidak terdapat kerusakan otak sebagai penyebab
psikopatik. Tetapi terdapat anomali dalam cara psikopat memproses informasi.
Dalam penelitian menggunakan MRI melalui pengenalan gambar-gambar kasus bunuh
diri yang tidak menyeramkan. Pada orang non-psikopat terlihat banyak sekali
aktivasi di amigdala sedangkan pada psikopat tidak ada perbedaan sama sekali.
Namun ada peningkatan aktivitas di area lain pada otak yaitu area
ekstra-limbik. Tampaknya psikopat menganalisis materi emosional di area otak
tersebut.
Selain ada anomali di otak, faktor genetik dan lingkungan
juga berperan besar melahirkan karakter psikopat. Stres atau tekanan hidup yang
besar bisa pula merubah perilaku seseorang menjadi brutal. Namun bila sifatnya
sementara, karena ada pemicu yang masuk akal, maka tidak bisa dikatakan
psikopat. Ciri psikopat sebenarnya bisa dideteksi sejak kanak-kanak melalui
berbagai perilaku yang tidak biasa. Perilaku antisosial pada anak-anak
ternyata merupakan warisan genetik. Penelitian terhadap anak-anak kembar
menunjukkan, anak menunjukkan kecenderungan psikopatik dini. Penelitian
tersebut dilakukan terhadap 3.687 pasang anakkembar berusia tujuh tahun.
GEJALA PSIKOPAT
Terdapat tiga ciri utama yang biasanya melakat pada seorang
psikopat, yakni egosentris, tidak punya empati, dan tidak pernah menyesal.
Terdapat sepuluh karakter spesifik psikopat. Di antaranya adalah tidak memiliki
empati, emosi dangkal, manipulatif, pembohong, egosentris, pintar bicara,
toleransi yang rendah pada frustasi, membangun relasi yang singkat dan
episodik, gaya hidup parasitik, dan melanggar norma sosial yang persisten.
Seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta,
menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan
dirinya sendiri.
Sejumlah penelitian menunjukkan, psikopat lebih suka
menyiksa pasangan daripada membunuhnya. Dari sekian banyak pembunuhan dalam
rumah tangga, hanya 2% yang pelakunya benar-benar seorang psikopat. Para
psikopat umumnya tidak menyesal setelah melakukan aksinya. Hanya sedikit
psikopat yang menyesal lalu memutuskan bunuh diri. Dari 2% psikopatyang
melakukan pembunuhan, seperempatnya melakukan bunuh diri.
Selengkapnya gejala psikopat adalah sebagai berikut :
- Impulsif
dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk
menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak
peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa
depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah
bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang
hanya karena hal sepele.
- Sering
berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar
bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang
sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan
lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan
bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan
mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
- Manipulatif
dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun
sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon
fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti
tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar --
bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali
disebut dengan istilah "dingin".
- Egosentris
dan menganggap dirinya hebat.
- Tidak
punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui
perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya
dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
- Senang
melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
- Kurang
empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang,
tidak ada bedanya.
- Psikopat
juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam
tidur larut dan sering keluar rumah.
- Tidak
mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
- Hidup
sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan
kepuasan dirinya.
- Sikap
antisosial di usia dewasa.
DIAGNOSIS
Tidak mudah mendiagnosa psikopat. Mencocokan kepribadian
pasien dengan 20 kriteria yang ditetapkan Prof. Hare. Pencocokkan ini dilakukan
dengan cara mewawancara keluarga dan orang-orang terdekat pasien, pengaduan
korban, atau pengamatan prilaku pasien dari waktu ke waktu. Pemeriksaan
elektroensefalogram, MRI, dan pemeriksaan kesehatan secara
lengkap. Hal ini dilakukan karena menurut penelitian gambar hasil PET (positron
emission tomography) perbandingan orang normal, pembunuh spontan, dan pembunuh
terencana berdarah dingin menunjukkan perbedaan aktivitas otak di bagian
prefrontal cortex yang rendah. Bagian otak lobus frontal dipercaya sebagai
bagian yang membentuk kepribadian. Wawancara menggunakan metode DSM IV
(The American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder versi IV) yang dianggap berhasil untuk menentukan kepribadian
antisosial. Dilakukan pengamatan perilaku dan kepribadian pasien.
Biasanya sejak usia pasien 15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan
kejiwaan. Pemeriksaan psikotes untuk menilai tingkat kecerdasan. Psikopat
biasanya memiliki IQ yang tinggi.
MMPL (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) adalah
metode yag selama ini digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan jiwa secara
umum, termasuk psikopat. Namun MMPLmasih mempunyai kelemahan. Tidak sulit bagi
seorang psikopat yang cerdas untuk merekayasa laporan dan berbohong. Akhirnya
dikembangkan Psychopathy Checklist (PCL) dan versi revisinya Psychopathy
Checklist-Revised (PCL-R), untuk penilaian secara valid dan benar tentang
psikopat. PCL-R merupakan metode yang sudah dilengkapi dasar-dasar
interview semi-struktural dengan seseorang yang dicurigai sebagai psikopat,
bersama-sama diolah dengan berbagai informasi tentang orang tersebut. Penilaian
ditentukan dengan skala, mulai dari 0 artinya tidak ada insikasi psikopat
hingga 2 yang artinya seseorang positif memiliki karakter psikopat. Total skor
adalah 40, dan seseorang didiagnosa psikopat jika dia memiliki skor antara 30
hingga 40. Pada beberapa kasus, skor 25 juga sudah dikategorikan psikopat.
Terdapat sekitar 20 kriteria dalam PCL-R dalam menegakkan
diagnosis psikopat. Di antaranya sebagai berikut : persuasif dan
memesona di permukaan, menghargai diri yang berlebihan, butuh stimulasi atau
gampang bosan, pembohong yang patologis, menipu dan manipulatif, kurang rasa
bersalah dan berdosa, emosi dangkal, kasar dan kurang empati, hidup seperti
parasit, buruknya pengendalian perilaku, longgarnya perilaku seksual, masalah
perilaku dini (sebelum usia 13 tahun), tidak punya tujuan jangka panjang yang
realistis, impulsif, tidak bertanggung jawab atas kewajiban, tidak bertanggung
jawab atas tindakan sendiri, pernikahan jangka pendek yang berulang, kenakalan
remaja, melanggar norma dan keragaman kriminal.
Alat diagnosis lain yang digunakan berdasarkan teori yang
sudah eksis (metode deduksi) adalah Primitive Defense Guide, Rorschach,
ToM (Theory of Mind), SCT (Sentence Completion Test) dan NEO PIR.
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN
Pada dasarnya, psikopat tidak bisa diterapi secara sempurna
tetapi hanya bisa terobservasi dan terdeteksi. Untuk tahap pengobatan dan
rehabilitasi psikopat saat ini baru dalam tahap kopleksitas pemahaman gejala.
Terapi yang paling mungkin adalan non obat seperti konseling. Namun melihat
kompleksitas masalahnya, terapi psikopat bisa dikatakan sulit bahkan tidak
mungkin. Seorang psikopat tidak merasa ada yang salah dengan dirinya sehingga
memintanya datang teratur untuk terapi adalah hal yang mustahil. Yang bisa
dilakukan manusia adalah menghindari orang-orang psikopat, memberikan terapi
pada korbannya, mencegah timbul korban lebih banyak dan mencegah psikopat
jangan berubah menjadi kriminal.
Psikopat salah satu perilaku menyimpang yang banyak ditakuti
masyarakat sebenarnya selama ini banyak terdapat disekitar kita. Sekitar 1 dari
100 orang di dalam masyarakat adalah psikopat. Hampir seperlimanya akan
berperilaku kriminal seperti pembunuh, pemerkosa, koruptor, pemabuk, atau
penjudi. Mungkin salah satunya akan berpotensi menjadi "monster penjagal
manusia". Bila deteksi dini gangguan perilaku pada anak dan pendekatan
lingkungan dilakukan dengan baik, maka idealnya psikopat tidak akan berubah
menjadi kriminal.
Beberapa penelitian faktor lingkungan juga sangat
berpengaruh. Lingkungan tersebut bisa berupa fisik, biologis dan sosial. Tetapi
kebanyakan orang-orang beresiko biasanya memasuki lingkungan yang sama yang
berpotensi terjadinya kejahatan tersebut. Faktor lingkungan fisik dan sosial
yang beresiko berkembangnya seorang psikopat menjadi kriminal adalah tekanan
ekonomi yang buruk, perlakuan kasar dan keras sejak usia anak, penelantaran
anak, perceraian orang tua, kesibukan orangtua, faktor pemberian nutrisi
tertentu, dan kehidupan keluarga yang tidak mematuhi etika hukum, agama dan
sosial. Lingkungan yang beresiko lainnya adalah hidup ditengah masyarakat yang
dekat dengan perbuatan criminal seperti pembunuhan, penyiksaan, kekerasan dan
lain sebagainya.
Sedangkan lingkungan biologis salah satunya yang saat ini
banyak diteliti adalah pola makan apakah berpengaruh terhadap tindak kriminal
tersebut. Adanya penelitian yang dilakukan Peter C dkk tahun 1997 cukup
mengejutkan. Didapatkan kaitan diet, alergi makanan, intoleransi makanan dan
perilaku kriminal di usia muda cukup menjadi informasi dan fakta ilmiah yang
menarik dan sangat penting, Meskipun demikian masih belum dapat dijelaskan
mengapa beberapa faktor tersebut berkaitan.Terdapat beberapa faktor resiko
untuk terjadi tindak kekerasan dan kriminal tersebut seperti agresifitas,
emosi, impulsifitas, hiperaktif, gangguan tidur dan sebagainya. Ternyata banyak
faktor resiko tersebut juga terjadi pada penderita alergi. Belakangan terungkap
bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat
mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak.
Gangguan fungsi otak itulah maka timbul gangguan perkembangan dan perilaku pada
anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, gangguan
konsentrasi, impulsifitas hingga memperberat gejala penderita Autism dan ADHD.
Bila faktor genetik, gangguan fungsi otak, dan diikuti oleh
lingkungan fisik, biologis dan sosial yang negatif maka tindak kriminal pada
penderita psikopat lebih gampang terjadi. Sehingga sangatlah penting untuk
mengetahui faktor resiko dan gangguan perilaku pada usia anak untuk dilakukan
pencegahan sejak dini.