11 orang yang mecoba mengejar mimpi menjadi seorang dokter yang sukses

Wednesday, July 25, 2012

KLASIFIKASI ASA (The American Society Of Anesthesiologists)


Skor ASA (the American Society of Anesthesiologists) telah digunakan bertahun-tahun sebagai indikator risiko perioperatif. Panitia ASA pertama kali mengemukakan konsep skor tersebut pada tahun 1941, sebagai metoda untuk standarisasi status fisik di rekam medis rumah sakit untuk kajian statistik di bidang anestesia. Hanya serangkaian perubahan  kecil telah dikenakan selama bertahun-tahun dan versi mutakhir dari klasifikasi ini yang diselesaikan pada tahun 1974 oleh  the House of Delegates of the ASA disajikan pada Tabel 6.1. pasien diberi skor menurut kebugaran fisik mereka dan hurup E ditambahkan jika prosedur yang direncanakan bersifat darurat (emergensi).
            Walaupun skor mudah dan praktis digunakan, skor ini kurang ketepatan ilmiah dalam penerapannya. Dokter anestesi mungkin tidak setuju terhadap kalsifikasi yang tepat untuk pasien-pasien tertentu.

Tabel 6.1 klasifikasi ASA dari status fisik
Kelas
Status fisik
Contoh
I
Pasien normal yang sehat
Pasien bugar dengan hernia inguinal
II
Pasien dengan penyakit sistemik ringan
Hipertensi esensial, diabetes ringan
III
Pasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak melemahkan
(incapacitating)
Angina, insufisiensi pulmoner sedang sampai berat
IV
Pasien dengan penyakit sistemik yang melemahkan dan merupakan ancaman konstan terhadap kehidupan
Penyakit paru stadium lanjut, gagal jantung
V
Pasien sekarat yang diperkirakan tidak bertahan selama 24 jam dengan atau tanpa operasi
Ruptur aneurisma aorta, emboli paru massif
E
Kasus-ksus emergensi diberi tambahan hurup “E” ke angka.

Di samping itu, risiko pembedahan dan pembiusan tergantung pada faktor-faktor lain yang tidak dipertimbangkan atau dicakup dengan skor. Ini mencakup usia, berat badan, jenis kelamin, dan kehamilan. Grade dokter spesialis bedah dan spesialis anestesi, fasilitas untuk perawatan pasca bedah dan bantuan untuk tim bedah juga tidak diperhitungkan.
            Skor ASA telah digunakan dalam kajian NCEPOD dan penggunaannya tersebar luas pada banyak audit pembedahan dan anestesia. Telah diketahui bahwa risiko perioperatif meninggi dengan skor ASA pasien. Akan tetapi walaupun berguna, keterbatasan skor ini mencegahnya untuk berperan lebih dari penuntun kasar pada masing-masing pasien. Ada beberapa sistem penentu skor prognostik yang lebih baik yang diuraikan dalam buku ini dan berkenaan dengan kondisi-kondisi medis spesifik.

Bacaan lanjut

1.      Buck N, Devlin HB, Lunn JN (1987). The report of confidential enquiry into perioperative deaths. The Nuffield Provincial Hospitals ‘Trust and King’s fund, London.
2.      Owens WD, Felts JA, Spitznagel EL (1978). ASA physical status classification. Anesthesiology 33:239-43.
3.      Ruiz K, Aitkenhead AR (1990). Was CEPOD right? Anaesthesia 45:978-80.
4.      Wolters U, Wolf T, Stutzer H, Schroder T (1996). ASA classification and perioperative variables as predictors of postoperative outcome. British Journal of Anaesthesia 77:217-22.